JAKARTA – Hasil investigasi lapangan terbaru di Jabodetabek menunjukkan fakta yang cukup meresahkan. Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) menemukan bahwa galon air minum guna ulang berusia tua masih beredar luas di pasaran. Riset ini dilakukan di 60 toko kelontong, menjangkau Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Nyatanya, situasinya belum banyak berubah dibanding temuan serupa tahun lalu.
Kondisi fisik galon-galon itu pun banyak yang memprihatinkan. Dari yang diperiksa, 8 dari 10 galon tampak buram dan kusam. Lebih dari setengahnya terlihat lusuh dan berdebu, seolah aspek kebersihan diabaikan dalam rantai distribusinya. Ini bukan cuma soal penampilan, lho. Soal keamanan konsumen jadi taruhannya.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah usia pemakaiannya. Investigasi KKI berhasil menemukan galon dengan kode produksi tahun 2012 masih beredar di Bogor. Ada juga yang produksi 2016 dijual di Tangerang. Secara total, 57 galon yang mereka temui berusia lebih dari dua tahun. Padahal, para pakar sendiri menyarankan batas maksimal pemakaian hanya satu tahun. Tujuannya jelas: mencegah pelepasan zat kimia berbahaya dari plastik polikarbonat.
Ketua KKI, David Tobing, menyebut temuan galon berusia hingga 13 tahun ini sebagai sinyal bahaya serius. Menurutnya, galon-galon tua ini sudah masuk kategori Galon Lanjut Usia atau Ganula.
"Ini menyangkut keselamatan manusia, bukan semata soal kemasan,” tegas David dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/12/2025).
Dia menegaskan, produsen punya kewajiban untuk menarik produk-produk tersebut dari pasar.
“Bayangkan, galon dalam kondisi kurang layak seperti kusam, lusuh, dan buram masih dijual bebas. Ini bukan kelalaian kecil, ini ancaman langsung pada kesehatan publik,” tambahnya.
Artikel Terkait
BPS Sulut Gandeng Media untuk Sukseskan Sensus Ekonomi 2026
WMUU Datangkan Indukan Ayam Premium AS untuk Dukung Program Makan Bergizi Gratis
Wall Street Bangkit, Mata Tertuju pada Data Ekonomi dan Valuasi AI
Stok BBM dan LPG Aman, Pemerintah Pastikan Pasokan Nataru Tak Terganggu