Minggu lalu, dua isu yang sama sekali berbeda menyita perhatian publik. Di satu sisi, ada perjuangan pribadi yang mengharukan dari pasangan-pasangan di China yang ingin punya anak. Di sisi lain, ada kebijakan strategis di dalam negeri soal masa depan lahan pertanian kita. Keduanya, meski berbeda konteks, sama-sama bicara tentang masa depan.
Impian Punya Anak di China Terhalang Biaya Selangit
Bayangkan, Anda dan pasangan sangat ingin seorang bayi. Tapi jalan satu-satunya adalah melalui program bayi tabung atau IVF. Lalu Anda tahu, satu kali siklus pengobatannya bisa menghabiskan 30.000 sampai 50.000 yuan. Padahal, pendapatan rata-rata warga kota di sana tahun kemarin cuma sekitar 54.000 yuan. Itu baru untuk satu percobaan.
Kisah Chen Huaxi adalah contoh nyatanya. Dia sudah menggelontorkan hampir 100.000 yuan, atau setara Rp 235 juta, untuk menjalani program ini. Jumlah yang fantastis, bukan?
Memang, pemerintah China sudah mengumumkan cakupan asuransi nasional untuk teknologi reproduksi berbantu (ART). Namun di lapangan, ceritanya beda. Aksesnya masih sulit dan harganya tetap mahal di banyak daerah. Ambil contoh Liaoning. Asuransi kesehatan di sana cuma menanggung delapan prosedur dasar. Sementara hal-hal penting seperti obat impor, pembekuan embrio, atau skrining genetik harus tetap ditanggung sendiri oleh pasien.
Faktor lainnya, tingkat keberhasilan. Bagi wanita di bawah 35 tahun, peluang hamil di siklus pertama IVF cuma sekitar 40%. Angka itu anjlok jadi 13% untuk usia 40-41 tahun. Alhasil, banyak pasangan terpaksa menjalani beberapa siklus yang artinya biaya berlipat ganda.
Belum lagi soal fasilitas. Dibandingkan Amerika Serikat atau Jepang, China punya klinik ART berlisensi yang jauh lebih sedikit. Itu pun kebanyakan berkumpul di kota-kota besar saja. Jadi, bagi mereka yang tinggal di daerah, perjuangannya jadi double: biaya plus akses.
Artikel Terkait
BPS Sulut Gandeng Media untuk Sukseskan Sensus Ekonomi 2026
WMUU Datangkan Indukan Ayam Premium AS untuk Dukung Program Makan Bergizi Gratis
Wall Street Bangkit, Mata Tertuju pada Data Ekonomi dan Valuasi AI
Stok BBM dan LPG Aman, Pemerintah Pastikan Pasokan Nataru Tak Terganggu