Shannedy bersikeras bahwa ini bukanlah kerugian, melainkan sebuah investasi.
Ekspansi Surge memang sedang berjalan pesat. Setelah memenangkan lelang frekuensi 2,4 GHz, rencananya mereka akan memperluas jangkauan ke Pulau Sumatera. Tujuannya tetap sama: menghadirkan internet dengan harga yang terjangkau.
Meski pasar terlihat pesimis, manajemen justru yakin. Mereka percaya semua investasi ini adalah fondasi kuat untuk mendongkrak pendapatan di kuartal-kuartal mendatang. Shannedy, yang merupakan mantan petinggi Qualcomm, menilai koreksi saham WIFI ini wajar dan bersifat sementara. Apalagi, perusahaan sudah mengamankan pendanaan jangka panjang dan mitra strategis dari Jepang, NTT East.
Ia menambahkan bahwa pasar mungkin belum sepenuhnya melihat nilai dari kemitraan ini. Dampaknya terhadap kinerja keuangan butuh waktu, sekitar 6 hingga 12 bulan untuk diinkubasi. "Ini adalah katalisator pertumbuhan masa depan, bukan sekadar suntikan dana sesaat," pungkasnya. Jadi, semua kini tergantung pada eksekusi di lapangan dan kesabaran investor.
Artikel Terkait
Emas Melonjak Usai The Fed Turunkan Suku Bunga, Analis Ramal Kenaikan Berlanjut
Gobel dan Perjuangan Mati-Matian untuk Waduk yang Diklaim Bakal Ubah Wajah Gorontalo
IHSG Diproyeksi Tembus 8.700, Analis Soroti Sinyal Rebound Dragonfly Doji
IHSG Diperkirakan Konsolidasi, Tapi Ancaman Koreksi Masih Mengintai