Pasar saham Asia tampak tak punya arah yang jelas pada Kamis (11/12/2025). Investor sibuk mencerna keputusan Federal Reserve AS yang baru saja memangkas suku bunga, sambil mempertanyakan seberapa kuat lagi reli saham-saham teknologi berbasis kecerdasan buatan bisa bertahan.
Data pasar menunjukkan pergerakan yang beragam. Di sisi positif, indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,40 persen, disusul STI Singapura yang terapresiasi 0,50 persen. KOSPI Korea Selatan dan ASX 200 Australia juga catat keuntungan tipis. Namun begitu, suasana tak seragam di seluruh kawasan. Nikkei 225 Jepang justru terperosok 0,57 persen, sementara bursa Shanghai melemah ringan.
Sentimen terhadap saham AI sendiri mendapat tamparan. Ini dipicu oleh anjloknya saham Oracle lebih dari 11 persen dalam perdagangan setelah jam bursa. Laporan kinerja kuartalan mereka yang mengecewakan langsung memantik kembali pertanyaan besar: seberapa sustainable sebenarnya gelombang belanja besar-besaran untuk teknologi kecerdasan buatan ini?
Kondisi ini terjadi di tengah euforia terbatas dari Wall Street sehari sebelumnya. Indeks-indeks utama di sana ditutup menguat setelah The Fed akhirnya memangkas suku bunga acuan seperempat poin, seperti yang sudah diantisipasi banyak pihak. Yang menarik, imbal hasil obligasi pemerintah AS justru melemah. Pasar tampaknya masih berharap akan ada ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut, meski bank sentral memberi sinyal bahwa mereka mungkin akan berhenti sejenak.
Dalam konferensi persnya, Ketua The Fed Jerome Powell sengaja tidak memberikan petunjuk kapan pemangkasan berikutnya akan terjadi. Tapi ada satu poin yang ditegaskannya.
“Kami melihat pasar tenaga kerja menghadapi risiko penurunan yang cukup besar,” ujarnya.
Artikel Terkait
Whoosh Gelar Diskon Akhir Tahun, Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung Turun Rp25 Ribu
OJK Soroti Skema Kecebong yang Bikin Cicilan Pinjol Membengkak di Awal
Delapan Saham Panasan Dihentikan Sementara, BEI Pasang Rem Darurat
IHSG Tembus Rekor Tertinggi Sepanjang Masa, Sentuh Angka 8.776