Pesan implisitnya jelas: The Fed tidak ingin kebijakannya justru mencekik penciptaan lapangan kerja. Komentar inilah yang kemudian mendorong saham lebih tinggi dan menarik imbal hasil obligasi turun.
Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma, menyambut keputusan The Fed tersebut. “Pemangkasan suku bunga hari ini benar-benar kabar manis bagi pasar obligasi dan pasar saham,” katanya kepada Reuters.
Dia menambahkan, “Panduan yang menyebut kemungkinan satu pemangkasan lagi di 2026 itu sebenarnya lebih baik daripada prediksi suram yang beredar sebelumnya. Jadi, masih ada hal positif yang bisa dicermati investor.”
Menurut Dollarhide, fokus perhatian kini bergeser. Pelemahan di pasar tenaga kerja mulai lebih dikhawatirkan ketimbang inflasi yang membandel. “Ada ketakutan besar bahwa para ‘bond vigilante’ akan membajak reli pasar bullish ini,” tambahnya, merujuk pada para investor yang kerap menghukum pemerintah dengan menjual obligasi jika kebijakan fiskal dianggap tidak bertanggung jawab.
Secara angka, Dow Jones meroket 1,05 persen ke level 48.057,75. S&P 500 menguat 0,67 persen, sementara Nasdaq Composite bertambah 0,33 persen.
Menjelang akhir tahun, biasanya ada pola musiman yang menarik. Desember seringkali menjadi bulan yang lesu untuk S&P 500. Tapi semua itu bisa berubah di dua minggu terakhir. Fenomena yang disebut ‘Santa rally’ itu kerap menghadirkan penguatan saham, didorong oleh aktivitas investor yang merapikan portofolio mereka sebelum tutup buku.
Artikel Terkait
IHSG Tergelincir 80 Poin, Sentimen Negatif Gempur Pasar
Air Borneo Siap Terbang, Sambungkan Sarawak dan Ibu Kota Nusantara
IHSG Tergelincir 80 Poin, Lotte Chemical Anjlok 15%
Ekspor Perikanan Tembus USD 5 Miliar, ASEAN Jadi Pasar Andalan