"Itu artinya industri kita sudah bisa memenuhi standar yang tinggi, karena Inggris itu salah satu negara dengan regulasi obat yang paling ketat," jelasnya.
Di sisi lain, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono melihat hilirisasi sebagai strategi penting. Tujuannya agar Indonesia tidak sekadar menjadi pasar, melainkan juga produsen utama untuk obat, vaksin, dan alat kesehatan.
Transformasi sistem kesehatan yang sedang berjalan, kata Dante, mengarah pada model yang lebih proaktif dan mengandalkan teknologi. Inovasi dari industri dalam negeri memegang peran krusial di sini.
"Kita memiliki dua dekade untuk memastikan mereka tumbuh menjadi generasi yang sehat, kuat, cerdas, dan berdaya saing global," tuturnya.
Bagaimana kinerja sektornya secara angka? Ternyata cukup solid. Hingga kuartal ketiga 2025, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tercatat tumbuh 11,65 persen secara tahunan. Angka ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,04 persen.
Data BPS menunjukkan nilai investasi di sektor ini mencapai Rp 65,9 triliun. Sementara nilai ekspornya menyentuh USD 15,22 miliar. Kontribusinya terhadap manufaktur nasional pun signifikan: menyumbang 17,39 persen terhadap PDB dan menyerap lebih dari 20 juta tenaga kerja. Sebuah pencapaian yang patut dicatat.
Artikel Terkait
Petani Sukamara Nikmati Rp 3 Juta per Hektar Tiap Bulan, Tanpa Ribet Urus Kebun
Analis MNC Peringatkan Koreksi IHSG, Soroti 4 Saham untuk Beli Saat Melemah
Sri Mulyani Siap Jadi Fellow di Oxford, Perbankan Longgarkan Kredit Korban Bencana
Blibli Tambah Pasukan hingga 1.500 Orang untuk Hadapi Serbuan Pesanan 12.12