Lepasnya unit es krim tahun lalu adalah bagian dari strategi besar Unilever untuk menyederhanakan portofolio dan mendongkrak pertumbuhan. Es krim memang bisnis yang rumit. Biaya produksi dan penyimpanannya yang tinggi telah lama menggerus margin. Ke depan, Magnum menargetkan pertumbuhan penjualan tahunan 3-5 persen mulai tahun depan. Mereka juga membidik arus kas bebas sebesar 800 juta hingga 1 miliar euro pada periode 2028-2029.
Di sisi lain, tantangan ke depan tidaklah kecil. Analis Jefferies menyoroti beberapa hal, mulai dari tren kesehatan masyarakat yang semakin kuat, maraknya obat penurun berat badan, hingga karakter bisnisnya yang padat modal. Meski begitu, mereka memberi apresiasi pada tim manajemen Magnum yang dinilai “cukup disegani”. Kini, tim itu punya ruang lebih luas untuk berinvestasi dalam pertumbuhan, tidak lagi sekadar fokus pada efisiensi seperti era di bawah Unilever.
Proses panjang pemisahan ini akhirnya tertutup sudah. Opsi lain seperti penjualan ke private equity sempat dipertimbangkan pada 2024, sebelum akhirnya diputuskan untuk spin-off di tiga bursa sekaligus.
Lantas, bagaimana prospek sahamnya ke depan? Dalam jangka pendek, pergerakannya kemungkinan akan dipengaruhi oleh kinerja dan likuiditasnya sendiri. JP Morgan Chase & Co memberi catatan penting: Magnum tidak akan masuk dalam indeks utama seperti FTSE 100 atau Stoxx Europe 50. Imbasnya, dana-dana yang mengikuti indeks tersebut mungkin akan melepas kepemilikan sahamnya.
“Akan ada kemungkinan flow back dari investor yang menerima saham di luar mandat mereka,” tulis analis JPMorgan.
Perjalanan Magnum sebagai perusahaan independen pun dimulai. Semua mata kini tertuju pada apakah raksasa es krim ini bisa memenuhi target ambisiusnya dan menghangatkan portofolio para investornya.
Artikel Terkait
Freeport Serahkan Pusat Sains Modern ke UNCEN, Dukung Generasi Papua Kuasai STEM
Kilang Tuban Menanti Keputusan Akhir di Tengah Ketegangan Geopolitik
SLIS: Dari Kipas Angin hingga Motor Listrik, Ini Profil Emiten yang Lagi Naik Daun
Unilever Indonesia Lepas Bisnis Es Krim Rp7 Triliun, Saham Justru Tergerus