An Shaohong, sang Direktur Utama PT Green Power Group Tbk (LABA), ternyata sudah dideportasi. Ia dikembalikan ke China, negara asalnya, yang selama ini mencatat namanya dalam daftar buronan. Berita ini tentu saja mengejutkan banyak pihak.
Di sisi lain, perusahaan tampak berusaha mengamankan situasi. Lewat Corporate Secretary-nya, Lu Haiying, Green Power menyatakan telah mengajukan rencana Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) awal Desember lalu. Rencananya, jika memang harus ada perubahan struktur organ perusahaan, semuanya bisa dijalankan pada Januari 2026.
"Sehingga apabila diperlukan adanya penyesuaian struktur organ perseroan, atas perihal ini, maka segera dapat dilaksanakan di bulan Januari 2026,"
jelas Lu dalam keterbukaan informasi yang dirilis Senin (8/12/2025).
Soal kontak dengan An? Sampai sekarang nihil. Perusahaan mengaku tak bisa menghubunginya dan masih berusaha mengonfirmasi kabar deportasi ini ke instansi berwenang. Namun begitu, Lu Haiying bersikukuh bahwa masalah imigrasi An adalah urusan pribadi.
Menurutnya, hal itu sama sekali tidak terkait dengan operasional bisnis Green Power yang tetap berjalan.
Artikel Terkait
Wall Street Menahan Napas Jelang Keputusan Fed yang Sarat Ketegangan
Helikopter Angkut Tabung Gas, Pertamina Terobos Isolasi Bener Meriah
Waskita Beton Pacu Pendapatan ke Rp2,1 Triliun di Tengah Upaya Restrukturisasi
Putin Tawarkan Bantuan Nuklir ke Prabowo dalam Pertemuan Hangat di Kremlin