Pasar saham Asia tampak gamang di awal pekan ini, Senin (8/12/2025). Sentimen investor seolah terbelah, di satu sisi ada harapan besar pada pemangkasan suku bunga The Fed, tapi di sisi lain ada bayang-bayang perbedaan pendapat yang cukup tajam di tubuh bank sentral AS itu.
Perdagangan berjalan dengan ritme yang tidak seragam. Indeks Shanghai Composite berhasil naik 0,54 persen, sementara KOSPI Korea Selatan dan CSI 300 China juga catat kenaikan. Tapi, tidak semua bursa bernasib sama.
Hang Seng Hong Kong justru terperosok hampir satu persen. Nikkei Jepang, ASX 200 Australia, dan STI Singapura juga bergerak di zona merah dengan penurunan yang bervariasi. Secara keseluruhan, suasana pasar terasa cukup sepi dan hati-hati.
Fokus utama, tentu saja, pada pertemuan Federal Reserve pertengahan pekan ini. Peluang pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin persentase dianggap sangat tinggi, mencapai sekitar 85%. Kalau The Fed batal memangkas, itu bakal jadi kejutan besar bagi pasar.
Namun begitu, pertemuan kali ini disebut-sebut bakal panas. Bisa jadi yang paling penuh perdebatan dalam beberapa tahun belakangan. Sejumlah pejabat The Fed sudah terang-terangan menyuarakan penolakan terhadap rencana pelonggaran moneter.
“Kami perkirakan setidaknya dua anggota FOMC akan berbeda pendapat dan menilai tidak perlu ada tindakan,” ujar Michael Feroli, Kepala Ekonom AS JPMorgan.
“Mayoritas tipis saja yang akan menganggap pemangkasan di Desember ini sudah tepat,” tambahnya dalam catatan yang dikutip Reuters.
Perbedaan suara sebanyak itu memang langka. Terakhir terjadi tahun 2019. Sejak 1990, situasi serupa cuma tercatat sembilan kali. Menariknya, Feroli juga memprediksi The Fed akan memangkas lagi suku bunga pada Januari nanti. Katanya, sebagai langkah antisipasi jika pasar tenaga kerja melemah. Setelah itu, kemungkinan besar bank sentral AS akan jeda cukup lama.
Artikel Terkait
IHSG Tembus Rekor Baru, Sentuh 8.700 untuk Pertama Kalinya
IHSG Pecahkan Rekor, Sentak Level 8.700 untuk Pertama Kalinya
ASSA Pacu Ekspansi, Belanja Armada Tembus Rp1 Triliun di 2025
Saham Sarang Walet RLCO Melonjak 34,5% di Debut Bursa