Di lapangan, sorgum ternyata punya peran ekologis yang menarik. Sebagai cover crop, ia melindungi tanah dari erosi, menjaga kualitasnya, dan pada akhirnya menyuburkan lahan. Hal ini mendorong praktik pertanian yang lebih berkelanjutan di kawasan sekitar pembangkit.
Sementara itu, dari sisi operasional, Senior Manager PLN IP UBP JPR Bowo Pramono memberi penjelasan. Co-firing, bagi PLN, adalah salah satu pilar penting menuju target Net Zero Emission di tahun 2060.
"Scale-up operasi kami lakukan bertahap," kata Bowo dalam keterangan resminya, Minggu (7/12).
Rasio co-firing dinaikkan perlahan, sekitar 5 sampai 10 persen. Selama proses itu, pemantauan kinerja terus dilakukan untuk memastikan semuanya berjalan optimal dan berkelanjutan.
Ke depannya, PLN Indonesia Power berjanji akan terus mendampingi kelompok tani. Tujuannya agar budidaya sorgum ini betul-betul produktif dan bisa bertahan lama. Mereka juga membuka peluang kemitraan seluas-luasnya.
Dengan begitu, pemanfaatan sorgum sebagai biomassa bisa diperluas. Harapannya jelas: pembangkit listrik bisa beroperasi dengan cara yang semakin ramah lingkungan.
Artikel Terkait
IHSG Tembus Rekor Baru di Level 8.704, Sektor Properti Jadi Penopang Utama
IHSG Tembus Rekor Baru, Sentuh 8.700 untuk Pertama Kalinya
IHSG Pecahkan Rekor, Sentak Level 8.700 untuk Pertama Kalinya
ASSA Pacu Ekspansi, Belanja Armada Tembus Rp1 Triliun di 2025