Di sisi lain, ada indikator lain yang juga menunjukkan sinyal positif. Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun, per 4 Desember, tercatat 71,18 basis poin. Angka ini turun tipis dari posisi akhir November lalu yang 72,45 bps. Penurunan ini kerap dibaca sebagai peningkatan kepercayaan pasar terhadap risiko kredit Indonesia.
Perbandingan imbal hasil surat utang juga menarik. Pada Kamis lalu, yield SBN Indonesia berjangka 10 tahun tercatat turun ke level 6,18 persen. Sementara itu, imbal hasil surat utang pemerintah AS (US Treasury 10 tahun) justru naik ke 4,098 persen. Selisih atau spread yang semakin menipis ini bisa jadi daya tarik tersendiri bagi investor global yang sedang mencari imbal hasil lebih tinggi.
Menanggapi dinamika ini, BI menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," pungkas Ramdan.
Jadi, meski arus masuk pekan ini menggembirakan, otoritas tampaknya tak mau berpuas diri. Tantangan di sisa tahun dan memasuki 2026 masih menunggu.
Artikel Terkait
Deportasi Petinggi An Shaohong Guncang Pasar, Saham LABA, KRYA, dan OLIV Anjlok
Pasar Asia Gamang Jelang Pertemuan Fed yang Diprediksi Panas
BEI Hentikan Sementara Perdagangan Empat Saham Usai Lonjakan Fantastis
Saham RLCO Melonjak 34,5% di Hari Perdana Bursa