"Pantauan kami, minat buyer pada November 2025 didominasi produk olahan boga bahari, perikanan, rempah, kerajinan, kopi, furnitur, serta aneka makanan dan minuman olahan,"
tambah Budi menerangkan.
Dua negara yang paling aktif menunjukkan ketertarikan adalah Korea Selatan dan Singapura. Mereka bahkan melirik produk fesyen dari ajang Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2026. Ini menunjukkan bahwa pasar ekspor kita makin beragam.
Kisah sukses datang dari salah satu peserta, CV Harvest Green Global Agriculture dari Makassar. Berkat program ini, mereka berhasil melakukan ekspor perdana ke sejumlah negara, seperti Vietnam, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.
"Program business matching UMKM BISA Ekspor membantu kami membuka akses ke pasar yang sebelumnya tidak terjangkau. Saya berharap, Kementerian Perdagangan terus memperkuat pendampingan dan fasilitasi agar semakin banyak UMKM yang siap dan mampu menembus pasar internasional,"
kata Alfian Sabir, Direktur CV Harvest Green Global Agriculture.
Secara teknis, pada November lalu terselenggara 39 kegiatan business matching. Rinciannya, 29 sesi pitching dan 10 pertemuan buyer. Partisipasinya pun solid, diikuti oleh 92 UMKM aktif. Mereka tak sendirian, karena 15 pembina seperti Pertamina, Disperindag Maluku, Disperindag Sumut, serta sejumlah Export Center di Batam, Balikpapan, Surabaya, dan Makassar ikut serta mengawal dan membawa UMKM binaan mereka.
Semua data ini, meski masih ada di tahun berjalan, sudah memberikan gambaran yang jelas. Upaya mendorong UMKM ke pasar global ternyata mulai menunjukkan hasil yang konkret, bukan sekadar wacana.
Artikel Terkait
Kemenkeu Resmikan Rusun Murah di Bali, Sementara PLTU Cirebon-1 Batal Dipensiunkan
Aceh Berjuang, Sumut dan Sumbar Hampir Pulih: Target Listrik Tuntas Akhir Pekan
Ratu Kripto Yi He Naik Takhta, Pimpin Binance sebagai Co-CEO
DJP Sumut Bekukan Rekening 107 Wajib Pajak, Tunggakan Capai Rp33,9 Miliar