Di sisi lain, ada kabar tentang penundaan target program MBG. Pemerintah memundurkan capaian 82,9 juta penerima manfaat dari rencana awal Desember 2025 menjadi sekitar Maret atau April 2026. Apa penyebabnya?
Dadan mengaku, tantangan terberat justru ada di wilayah aglomerasi atau perkotaan padat penduduk. “Tentu saja (tantangannya di wilayah aglomerasi), karena jumlah penduduk itu ada di aglomerasi,” tuturnya. Menurutnya, dari angka 82,9 juta itu, warga di daerah terpencil hanya sekitar 3 juta. Sebagian besar justru terkonsentrasi di kawasan perkotaan.
Targetnya, pada Desember 2025 nanti sudah terbentuk 20.000 SPPG. Sayangnya, hingga kini baru 16.630 unit yang beroperasi. Dadan juga berharap 170 SPPG di wilayah terpencil bisa berdiri pada akhir tahun ini, dari total rencana 8.200 unit.
“Dalam dua bulan berikutnya, di Januari–Februari, kemungkinan besar seluruh SPPG sudah akan terbentuk. Sehingga Maret atau April 82,9 juta sudah bisa,”
jelasnya optimis.
Persoalan lain yang mengemuka adalah sertifikasi. Dari ribuan SPPG yang berjalan, baru 3.223 unit yang memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi. “Baru 3.223 SPPG dari 16.630 SPPG,” aku Dadan. Pemerintah sendiri menargetkan percepatan pemenuhan sertifikasi ini sebagai prioritas, agar manfaat MBG bisa lebih merata dirasakan mulai tahun depan.
Menko Bidang Pangan, Zulkifli Hasan atau yang akrab disapa Zulhas, menyoroti hal ini. Ia menyebut percepatan itu tercermin dalam implementasi Perpres 115 Tahun 2025 tentang tata kelola MBG, termasuk akselerasi di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar.
“Jadi ada 13 peraturan turunan: 1 Peraturan Menteri Keuangan, 1 Peraturan Menko Pangan, sudah, tinggal nanti penyesuaian Perpres di dalam aturan-aturan yang 13 yang sudah ada di BGN tadi. SPPG 3T kita percepat, sudah percepatan SLHS dan pemenuhan tenaga ahli gizi,”
papar Zulhas.
Artikel Terkait
BRI Bergerak Cepat Salurkan Bantuan ke Korban Banjir Sumatera
Sampoerna Sambut Keputusan Pemerintah: Cukai Rokok Tak Naik di 2026
Sampoerna Cetak Laba Rp4,5 Triliun di Tengah Tekanan Pasar
Menteri Keuangan Purbaya: Agenda Harus Jelas Dulu, Baru Saya Terbang ke China