"Kami menargetkan komposisinya mencapai 50 banding 50,” tuturnya.
Di sisi lain, strategi ini bukan berarti meninggalkan bisnis utamanya. Justru, diversifikasi dilihat sebagai cara untuk memberi ruang bagi pertumbuhan bisnis mineral, sekaligus tetap memacu penjualan batu bara. Apalagi, BUMI saat ini sedang memfinalisasi sejumlah aset baru yang baru saja diakuisisi.
Ekspansi ke ranah non-batu bara sebenarnya sudah dimulai beberapa tahun terakhir. Langkah awal ditandai dengan masuknya BUMI ke bisnis mineral melalui akuisisi penuh 100% saham Wolfram Limited. Entitas ini mengelola tambang emas dan tembaga di Queensland, Australia.
Tak berhenti di situ, ekspansi terus merambah ke komoditas lain. Perusahaan ini tengah menjajaki akuisisi hingga 45% kepemilikan PT Laman Mining di Kalimantan Barat, yang bergerak di bauksit dan aluminium. Ada juga proyek Jubilee Metals Limited (JML) di Queensland, di mana BUMI punya hak untuk mengakuisisi hingga 65% saham.
Performa keuangan sejauh ini cukup mendukung langkah agresif mereka. Hingga akhir kuartal III-2025, BUMI mencatat pendapatan mencapai USD1,03 miliar, naik dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar USD926,9 juta. Laba operasi dan laba bersih juga menunjukkan tren positif, masing-masing menjadi USD84,4 juta dan USD60,1 juta.
Angka-angka itu mungkin jadi modal sekaligus sinyal bahwa transformasi BUMI sedang berada di trek yang tepat.
Artikel Terkait
Pertamina Siagakan Pasokan Energi untuk Penanganan Bencana di Sumatera
Adhi Karya Garap Gedung Batavia, Targetkan Peningkatan Layanan Publik Jakarta
UMKM Banjarnegara Dapat Senjata Ampuh: Konten Video Bisa Pacu Penjualan 30 Kali Lipat
Turis Mancanegara Turun, Wisatawan Lokal Gempur Destinasi Dalam Negeri