Selain soal produksi, ada perkembangan lain. Aliansi ini juga menyetujui mekanisme baru untuk menilai kapasitas produksi maksimum setiap anggota. Nantinya, ini akan jadi acuan penetapan baseline produksi tahun 2027. Sayangnya, detailnya masih ditutup rapat-rapat.
Homayoun Falakshahi dari Kpler mengungkapkan bahwa beberapa anggota merasa alokasi produksi saat ini sudah tidak akurat. Menurut mereka, angka itu tidak mencerminkan kondisi investasi terkini, potensi geologi, apalagi kemampuan teknis di tiap negara.
Namun begitu, kesepakatan ini ternyata menyisakan cerita. Beberapa analis melihatnya sebagai bukti masih adanya perbedaan pandangan internal.
"Kelompok ini hanya mampu menyetujui mekanisme penilaian kapasitas tahun depan, yang menandakan masih ada tensi yang belum terselesaikan," tambah Leon.
Sejak April lalu, delapan anggota kunci OPEC sebenarnya sudah meningkatkan produksi. Strategi ini bertujuan merebut kembali pangsa pasar yang terancam produsen non-OPEC seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Guyana. Tapi di awal November, mereka memutuskan berhenti sejenak. Kekhawatiran akan kelebihan pasokan membuat mereka berpikir ulang.
Pertemuan tingkat menteri berikutnya dijadwalkan pada 7 Juni 2026. Momen itu diprediksi akan menjadi penentu arah produksi minyak global di paruh kedua tahun tersebut.
Artikel Terkait
PNM Bergerak Cepat Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana
Harga Minyak Tersungkur, Pasar Waspadai Isu Damai dan Sikap OPEC+
Aksi Korporasi dan Rebutan Dividen Warnai Pasar Modal di Awal Pekan
Distribusi BBM Aceh Bertahap, Pertamina Manfaatkan Jalur Alternatif Pascabencana