“Kami berkeyakinan pelemahan Rupiah itu bersifat sementara dan akan berangsur-angsur menguat. Kami akan terus berupaya memaksimalkan peran di pasar dengan instrumen yang ada, baik di pasar spot, pasar NDF, pasar DNDF, termasuk juga di pasar Surat Berharga Negara (SBN),” jelas Ramdan lebih lanjut.
Prospek Ekonomi Indonesia yang Mendukung Penguatan Rupiah
Keyakinan BI akan segera menguatnya Rupiah didasari oleh prospek ekonomi domestik yang tetap solid. Fondasi ekonomi Indonesia dinilai sangat kuat dengan beberapa indikator positif.
Ramdan menyebutkan, prospek Indonesia yang bagus, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, tingkat inflasi yang terkendali, cadangan devisa yang kuat, serta pasar SBN yang kondusif, diyakini mampu mendorong stabilitas dan penguatan Rupiah dalam waktu dekat.
Pada hari yang sama, nilai tukar Rupiah tercatat melemah tipis ke level Rp 16.739 per Dolar AS. Pelemahan ini terjadi bersamaan dengan ditandatanganinya Rancangan Undang-Undang Anggaran oleh Presiden AS kala itu, Donald Trump, yang secara resmi mengakhiri masa government shutdown terlama dalam sejarah Amerika Serikat. Pengesahan ini membuat pemerintahan federal AS dapat kembali beroperasi secara normal.
Artikel Terkait
Garuda Indonesia Tunda 3 Pesawat Baru, Fokus Keuangan dan Transformasi
Garuda Indonesia Diproyeksikan Kembali Raih Laba 2026, Ini 4 Pilar Transformasinya
47 PLTU di Indonesia Adopsi Co-firing Biomassa, Tekan Emisi Karbon
BEI Cabut Suspensi Saham SOHO: Ini Jadwal Perdagangan & Dampak Pindah ke Papan FCA