“Kami berkeyakinan pelemahan Rupiah itu bersifat sementara dan akan berangsur-angsur menguat. Kami akan terus berupaya memaksimalkan peran di pasar dengan instrumen yang ada, baik di pasar spot, pasar NDF, pasar DNDF, termasuk juga di pasar Surat Berharga Negara (SBN),” jelas Ramdan lebih lanjut.
Prospek Ekonomi Indonesia yang Mendukung Penguatan Rupiah
Keyakinan BI akan segera menguatnya Rupiah didasari oleh prospek ekonomi domestik yang tetap solid. Fondasi ekonomi Indonesia dinilai sangat kuat dengan beberapa indikator positif.
Ramdan menyebutkan, prospek Indonesia yang bagus, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, tingkat inflasi yang terkendali, cadangan devisa yang kuat, serta pasar SBN yang kondusif, diyakini mampu mendorong stabilitas dan penguatan Rupiah dalam waktu dekat.
Pada hari yang sama, nilai tukar Rupiah tercatat melemah tipis ke level Rp 16.739 per Dolar AS. Pelemahan ini terjadi bersamaan dengan ditandatanganinya Rancangan Undang-Undang Anggaran oleh Presiden AS kala itu, Donald Trump, yang secara resmi mengakhiri masa government shutdown terlama dalam sejarah Amerika Serikat. Pengesahan ini membuat pemerintahan federal AS dapat kembali beroperasi secara normal.
Artikel Terkait
PHE Jambi Merang Serahkan 10% Partisipasi ke BUMD Sumsel, Ekonomi Daerah Diharapkan Tergeliat
Amazon Dicoret, OpenAI Masuk: Daftar Pemungut Pajak Digital DJP Berubah
BRI Raih Penghargaan untuk Pemberdayaan Ekonomi Akar Rumput
Saham Emas Rontok, Ikuti Aksi Ambil Untung di Pasar Global