Perintah eksekutif terbaru ini bahkan lebih jauh. Dokumen itu menyerukan pembentukan "elemen awal pangkalan Bulan permanen pada 2030". Ini sejalan dengan tujuan NASA untuk membangun pangkalan jangka panjang, lengkap dengan sumber tenaga nuklir.
Di awal masa jabatan keduanya, Trump seringkali bicara tentang Mars. Itu sejalan dengan prioritas Elon Musk, pendiri SpaceX yang juga donatur besar dan pernah jadi penasihat pemerintah. Namun begitu, Kongres tahun ini justru mendesak fokus tetap pada Bulan. Para legislator menekan Isaacman agar berpegang teguh pada program Bulan yang sudah menelan miliaran dolar anggaran.
Ada hal yang cukup mengejutkan. Di bawah dorongan efisiensi yang dipimpin Musk, Gedung Putih telah memangkas staf NASA sebanyak 20 persen. Mereka juga mengupayakan pemotongan anggaran hingga 25 persen dari anggaran normalnya yang mencapai sekitar Rp 419,5 triliun pada 2026. Langkah ini berisiko mengganggu puluhan program sains antariksa yang dianggap penting oleh para ilmuwan.
Jared Isaacman, yang rencananya akan berpidato di depan seluruh karyawan NASA, punya pandangan sendiri. Ia percaya badan antariksa itu harus mengejar Bulan dan Mars secara bersamaan. Tapi, prioritas utama tetaplah mengembalikan manusia ke Bulan untuk mengungguli China.
Semua target 2028 itu, pada akhirnya, sangat bergantung pada satu hal: kemajuan pesawat pendarat raksasa Starship milik SpaceX. Pengembangannya sebelumnya sempat dikritik karena dianggap terlalu lamban.
Jejak Panjang AS di Bulan
Cerita AS dengan Bulan dimulai dengan program Apollo (1961-1972). Program ambisius inilah yang berhasil mendaratkan manusia pertama di sana pada 20 Juli 1969. Nama Neil Armstrong dan Buzz Aldrin pun tercatat sejarah sebagai orang pertama yang menginjakkan kaki di permukaan bulan. Enam misi pendaratan berhasil dilakukan.
Setelah era Apollo, tidak ada lagi misi berawak ke Bulan. Fokus beralih ke program robotik seperti Pioneer, Surveyor, dan Lunar Prospector untuk terus melakukan eksplorasi dan pemetaan dari jauh.
Kini, semua mata tertuju pada program Artemis yang dimulai sejak 2017. Program eksplorasi NASA ini bertujuan membawa manusia kembali ke Bulan, termasuk wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama. Tujuannya membangun kehadiran jangka panjang. Dengan menggandeng mitra swasta dan internasional, target pendaratan manusia kini diarahkan pada tahun 2028, sesuai perintah terbaru Trump.
Artikel Terkait
Indosat Gandeng Dua Konglomerat Bentuk FiberCo Senilai Rp 14,6 Triliun
Telkomsel Buka Posko dan Salurkan Bantuan untuk Warga Padang Pascabencana
Eka Hospital Hadirkan Terapi Proton, Terapi Radiasi Paling Presisi di Indonesia
Kotoran Kotak Wombat: Media Sosial Tanpa Smartphone di Alam Liar