Perenggangan dinding lambung ini mengirim sinyal ke otak bahwa perut sudah terisi. Sinyal inilah yang menciptakan perasaan kenyang sementara, atau satiation, yang membuat kita berhenti menyuap.
Tapi cerita tak berhenti di situ. Makanan lalu bergerak ke usus. Di sini, proses kimiawi terjadi. Usus merespons kehadiran nutrisi dengan melepaskan hormon kenyang pasca makan, atau satiety. Hormon-hormon kunci seperti GLP-1 dan CCK dilepaskan.
Fungsi hormon-hormon ini adalah memperkuat dan mempertahankan rasa kenyang untuk beberapa waktu ke depan. Jadi, usus membantu lambung agar rasa kenyang tidak cuma sebentar, tapi bertahan lebih lama.
3. Hati, Sang Pengawas Energi
Bagaimana dengan hati? Organ ini bertindak seperti monitor energi. Ketika lemak dan karbohidrat masuk, hati akan memprosesnya. Saat energi yang diterima hati sudah banyak, aktivitas enzim tertentu di dalamnya seperti enzim untuk glukoneogenesis akan meningkat.
Peningkatan ini memicu pemecahan lemak untuk menghasilkan energi, yang sekaligus meningkatkan produksi badan keton. Nah, peningkatan keton inilah yang memberi sinyal ke tubuh: "Energi sudah tercukupi." Sinyal tersebut kemudian memicu pelepasan hormon kenyang seperti CCK.
4. Insulin: Bukan Cuma Pengatur Gula Darah
Faktor terakhir sering terlupakan: insulin. Selama ini kita mengenal insulin sebagai pengendali gula darah. Tapi ternyata, perannya lebih dari itu. Insulin juga terlibat dalam mengatur rasa lapar dan kenyang di otak.
Setelah makan, kadar insulin dalam darah naik. Sebagian masuk ke otak dan memengaruhi neuron di hipotalamus. Kerjanya ganda: menekan neuron pemicu lapar dan meningkatkan aktivitas neuron pemberi sinyal kenyang.
Dengan cara ini, tubuh mendapat konfirmasi bahwa energi yang dibutuhkan sudah terpenuhi. Hasilnya, kita pun merasa kenyang.
Keempat faktor tadi indra, pencernaan, hati, dan insulin bekerja dalam satu sistem yang terpadu. Indra memberi tanda awal, lambung dan usus memperkuat sinyalnya, hati memantau kecukupan energi, dan insulin menegaskan pesan "stop" ke otak. Berkat koordinasi yang apik ini, tubuh tahu persis kapan harus berhenti makan dan menjaga keseimbangan energi kita tetap optimal.
Artikel Terkait
ChatGPT di Ujung Tanduk: Gugatan Hukum Menuding AI Jadi Pelatih Bunuh Diri
Bom Waktu Pensiun ASN: Siapa yang Akan Menanggung Beban Masa Depan?
Google Bangun Pusat Data AI di Luar Angkasa, Targetkan Uji Coba 2027
Akuisisi Warner Bros. oleh Netflix: Sorak Monopoli atau Awal Keruntuhan Bioskop?