Kebijakan pembatasan yang terlalu keras dinilai mengancam lapangan kerja masyarakat desa. "Mereka ini bukan pengusaha besar, tapi rakyat kecil yang menggantungkan hidup dari tembakau," katanya.
Aspek Kultural dalam Budaya Merokok
Selain alasan ekonomi, Rio menilai ada dimensi kultural yang tak bisa diabaikan dalam pembahasan soal rokok. "Kami orang Madura, kami Nahdliyin. Selama kiai saya merokok, saya akan merokok. Ini bukan sekadar kebiasaan, tapi bagian dari budaya," ujarnya.
Dia juga menyatakan bahwa pembatasan konsumsi rokok tidak serta-merta menurunkan jumlah perokok, bahkan menurutnya justru semakin banyak.
Seruan kepada Pemerintah
Rio menyerukan agar pemerintah bersikap tegas dan berpihak pada keberlangsungan industri hasil tembakau. "Dukung industri rokok selama bisa menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jangan setengah hati," tegas Bupati Situbondo tersebut.
Artikel Terkait
Islah NU: Muktamar Jadi Jalan Konstitusional Akhiri Ketegangan
IKN Diserbu Ratusan Ribu Pengunjung di Libur Natal, Tahun Baru Diprediksi Lebih Ramai
Gerbong Kereta Ibu Kota Mulai Mengosong, 47 Ribu Warga Berangkat di Hari Pertama Libur Natal
Najib Razak Terjerat Vonis Bersalah Baru, Skandal 1MDB Kembali Menghantam