Kebijakan pembatasan yang terlalu keras dinilai mengancam lapangan kerja masyarakat desa. "Mereka ini bukan pengusaha besar, tapi rakyat kecil yang menggantungkan hidup dari tembakau," katanya.
Aspek Kultural dalam Budaya Merokok
Selain alasan ekonomi, Rio menilai ada dimensi kultural yang tak bisa diabaikan dalam pembahasan soal rokok. "Kami orang Madura, kami Nahdliyin. Selama kiai saya merokok, saya akan merokok. Ini bukan sekadar kebiasaan, tapi bagian dari budaya," ujarnya.
Dia juga menyatakan bahwa pembatasan konsumsi rokok tidak serta-merta menurunkan jumlah perokok, bahkan menurutnya justru semakin banyak.
Seruan kepada Pemerintah
Rio menyerukan agar pemerintah bersikap tegas dan berpihak pada keberlangsungan industri hasil tembakau. "Dukung industri rokok selama bisa menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jangan setengah hati," tegas Bupati Situbondo tersebut.
Artikel Terkait
5 Hambatan THR (Tobacco Harm Reduction) Menurut Prof. Tikki Pangestu & 3 Solusinya
Transformasi Digital iNews: Angela Tanoesoedibjo Ungkap Strategi MNC Group Kuasai YouTube
Update Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: 1 Bulan, Korban 63 Tewas, Belum Ada Tersangka
Sukseskan Wajib Belajar 13 Tahun di Tangerang: Kunci Penting Transisi PAUD ke SD