Namun begitu, lingkupnya kini diperluas. Pemerintah berencana membuka akses untuk lebih banyak mineral kritis lain yang dibutuhkan industri manufaktur dan pertahanan AS. Nikel, bauksit, dan yang paling strategis: logam tanah jarang atau rare earth.
Pemerintah sepenuhnya sadar posisi strategis mineral-mineral ini. Sifatnya sulit digantikan, baik secara teknis maupun ekonomis, tapi permintaannya global. Ini sesuai dengan aturan yang tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 296.K/MB.01/MEM.B/2023. Intinya, mineral kritis ini bukan komoditas biasa.
Bagi Airlangga, ketersediaan akses ke mineral-mineral itu ibarat "jantung" bagi industri berat AS yang sedang tumbuh pesat.
Jadi, negosiasi yang sedang berjalan ini lebih dari sekadar transaksi. Ini tentang memenuhi kebutuhan industri masa depan, sekaligus mengukuhkan posisi Indonesia di peta geopolitik sumber daya global. Sebuah babak baru yang penuh tantangan, tapi juga peluang.
Artikel Terkait
Genset dan Kompor Gas Diterbangkan ke Aceh, 224 Desa Masih Gelap Gulita
Banjir Surut, Warga Sumbar Dihantui Wabah Penyakit
Puncak Arus Balik Nataru Diprediksi Molor ke 4 Januari
Planetarium TIM Ludes, Tiket Habis Terjual Sebelum Tahun Baru