“Daerah-daerah yang terdampak bencana tentu akan sangat terpukul. Akses jalan terkendala, mobilitas wisatawan menurun, sehingga kontribusinya terhadap okupansi nasional juga berkurang,”
jelas Maulana.
Di sisi lain, cuaca ekstrem yang melanda berbagai wilayah juga jadi tantangan serius. Hal ini membuat banyak calon wisatawan berpikir dua kali untuk melakukan perjalanan jarak jauh. Mereka cenderung lebih berhati-hati, memilih menunda atau bahkan membatalkan rencana liburan.
Dengan segudang tekanan itu, PHRI menilai Nataru tahun ini lebih berfungsi sebagai “penahan bantingan”. Momen ini diharapkan bisa mencegah penurunan yang lebih dalam, ketimbang diandalkan sebagai motor penggerak pertumbuhan.
“Harapannya Nataru bisa menahan agar penurunannya tidak lebih dalam. Tapi untuk mendorong pertumbuhan, itu masih berat,”
tutup Maulana.
Jadi, bagi pelaku industri perhotelan, bersiap-siaplah menghadapi tahun yang berat. Optimisme harus tetap ada, tapi realitas di lapangan memang sedang tidak bersahabat.
Artikel Terkait
Najib Razak Terjerat Vonis Bersalah Baru, Skandal 1MDB Kembali Menghantam
Sunmori 2025: Deruman Listrik dan Nuansa Merah-Hijau Ramaikan Jalanan Jakarta
Polri Tambah 300 Personel, Fokus Pulihkan Aceh Pascabencana
Gempa Magnitudo 4.1 Guncang Gayo Lues Siang Ini