Menariknya, telur asin untuk program MBG punya karakter khusus. Menurut Yayak, permintaan dari SPPG (Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi) adalah telur yang tidak terlalu asin. Karena itu, proses pembuatannya pun lebih singkat. Cuma butuh 7-8 hari untuk pengasinan, jauh lebih cepat ketimbang telur asin pasar biasa yang butuh waktu hingga dua minggu.
“Waktu pengasinannya lebih cepat, supaya tidak terlalu asin,” jelasnya.
Melihat pesanan yang terus mengalir dari beberapa dapur MBG di Kecamatan Sumber Sari, Yayak mulai berpikir lebih jauh. Dia tak mau kehabisan stok bahan baku. Rencananya, dia akan memperbesar kandang dan menambah jumlah itik peliharaannya. “Kita tambah bebeknya, kita kembangkan usaha peternakannya dulu,” ucap Yayak penuh tekad.
Harapannya sederhana: semoga program MBG ini terus berjalan. Sebab, dampaknya terasa sekali bagi perajin kecil seperti dirinya. Omzet naik drastis, perputaran uang cepat, dan yang paling penting, membuka lapangan kerja.
“Perajin kecil seperti saya ini sangat terbantu, karena omzetnya naik, perputarannya cepat, dan sampai ke kami-kami ini. Selain itu, banyak warga yang bisa bekerja,” pungkas Yayak. Sebuah berkah yang datang tak terduga, mengubah hidup satu keluarga dan perekonomian warga sekitarnya.
Artikel Terkait
Dari Genset ke Tenaga Surya: Koperasi di Pulau Sembur Laut Nyalakan Ekonomi Nelayan
Gelombang Pemudik Natal 2025 Memadati Terminal Kampung Rambutan
Terminal Kampung Rambutan Diserbu Pemudik Tiga Hari Sebelum Natal
Toyota dan Lexus Panggil Puluhan Ribu Unit, Ini Masalah yang Ditemukan