Keadaan di Sumatera Utara sedikit lebih baik. Di sana, 10 dari 12 ruas jalan nasional yang terdampak sudah berfungsi normal. Sementara di Sumatera Barat, progresnya hampir rampung: 29 dari 30 ruas jalan sudah pulih. Targetnya, semua selesai sebelum tahun 2025 berakhir.
Namun begitu, pekerjaan rumahnya tidak berhenti di jalan raya. Sektor sumber daya air juga jadi perhatian serius. Normalisasi sungai, perbaikan bendung, dan rehabilitasi jaringan irigasi sedang digarap paralel. Angkanya tidak main-main.
Lahan irigasi yang terdampak mencapai 108.622 hektare di Aceh. Sumatera Utara sedikit di bawahnya, sekitar 101.822 hektare. Sedangkan di Sumatera Barat, luasannya sekitar 84.971 hektare. Penanganan darurat dan rehabilitasi bertahap dilakukan ini penting untuk menjaga ketahanan pangan lokal agar tidak ikut kolaps.
Di sisi lain, kebutuhan paling mendasar masyarakat: air bersih dan sanitasi, juga tak luput dari perhatian. Lewat bidang cipta karya, Kementerian PU menangani lebih dari 170 sistem penyediaan air minum (SPAM) dan ratusan sarana sanitasi. Bantuan konkretnya berupa pengiriman mobil tangki air, hidran umum, toilet portable, hingga unit pengolah air mobile. Bantuan itu disebar ke 20 kabupaten dan kota yang terdampak paling parah.
Menteri Dody menegaskan, seluruh jajarannya masih terus disiagakan penuh. Intinya, penanganan harus cepat, terkoordinasi dengan baik, dan tepat sasaran. Masih panjang jalannya, tapi upaya pemulihan setidaknya sudah menunjukkan progres yang berarti di tengah kondisi yang sulit.
Artikel Terkait
Dari Rangka Kayu hingga Mesin Bensin: Kisah Motor Pertama di Dunia
Jembatan Sementara Teupin Mane Hidupkan Kembali Denyut Ekonomi Warga
Fun Walk PMI Jakpus: Ribuan Warga Serukan Semangat Kemanusiaan di Monas
Crane Disulap Jadi Menara Darurat, Listrik Aceh Mulai Kembali