Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait, yang akrab disapa Ara, lantas menyoroti semangat warga seperti Ayu dan Fauzi. Menurutnya, mereka adalah contoh nyata kegigihan.
“Mereka menolak menyerah dengan situasi yang sulit. Kadang-kadang izin, Pak, ada yang single parent. Ada yang suaminya nggak ada kerjaan. Ada yang suaminya sakit. Tapi mereka menolak untuk jadi minta-minta. Tapi mereka bekerja keras, Pak. Bekerja keras. Seperti Ayu, Pak, yang sebelah Bapak, seorang ART,” jelas Ara dengan nada haru.
“Mungkin kita dulu nggak kebayang, Pak. ART bisa punya rumah, Pak. Dari gajinya, Pak. Hari ini Bapak membuat itu menjadi mungkin dan terjadi. ART bisa punya rumah sendiri. Atas namanya sendiri. Saya pikir ini Indonesia yang mau kita capai, Pak. Indonesia yang berkeadilan,” sambungnya.
Momen sederhana itu, di mana seorang presiden duduk berdampingan dengan pekerja informal, mungkin lebih berbicara daripada sekadar pidato. Ia menjadi simbol sekaligus pengingat betapa rumitnya persoalan perumahan, namun juga betapa nyatanya harapan itu.
Artikel Terkait
Arus Kendaraan di Lima Ruas Tol Meningkat Jelang Libur Natal dan Tahun Baru
Google Larang Karyawan Bervisa AS Keluar Negeri, Khawatir Terdampar
Muatan Besi Terguling, Dua Nyawa Melayang di Jalan Raya Cakung
Pasca Bencana Agam, Pertamina Salurkan Bantuan Langsung ke Titik Terdampak