Di tengah hiruk-pikuk isu perumahan, langkah nyata justru datang dari sebuah program kolaborasi. PT Bank Tabungan Negara (BBTN) baru saja merampungkan renovasi 15 rumah tak layak huni. Lokasinya tersebar di Jakarta, Bekasi, dan Cianjur. Ini adalah bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan mereka, yang kali ini menggandeng lembaga yang mungkin tak biasa: Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Menurut Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, kerja sama ini punya makna strategis. Ia menyebut program ini sengaja digelar bertepatan dengan peringatan 23 tahun rezim Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Indonesia.
Lebih dari dua puluh tahun, PPATK memang jadi ujung tombak menjaga sistem keuangan nasional. Nah, BTN melihat ini selaras dengan peran mereka sebagai bank perumahan.
Baginya, rumah adalah fondasi dasar kehidupan yang bermartabat. Makanya, kolaborasi dengan PPATK dianggap penting. Tujuannya agar pembangunan rumah berjalan beriringan dengan penguatan integritas keuangan. Program bedah rumah ini sekaligus jadi bentuk dukungan terhadap target pemerintah menyediakan tiga juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Namun begitu, Nixon tak menampik bahwa tantangannya masih sangat besar.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) untuk Jawa Barat cukup mencengangkan. Hanya sekitar 54% rumah tangga yang menempati hunian layak. Sisanya, hampir 46%, masih tinggal di tempat yang belum memenuhi standar.
Artikel Terkait
Penipuan Online di Asia Tenggara: Dari Kejahatan Biasa Menjadi Krisis Kemanusiaan
Bea Cukai Gagalkan 11 Juta Batang Rokok Ilegal, Tiga WNA Diringkus di Bandara
Coretax Siap Hadapi 13 Juta Wajib Pajak, Uji Coba Skala Besar Sukses
Defisit APBN Tembus Rp560 Triliun, Menkeu: Masih Terkendali