Ia lalu merinci sederet masalah. Mulai dari biaya operasional yang melambung karena kemacetan rantai pasokan di sektor kedirgantaraan, situasi geopolitik yang memanas, sampai perdagangan global yang lesu. Belum lagi beban regulasi yang makin bertambah setiap tahunnya.
Namun begitu, Walsh melihat ada ketahanan yang dibangun oleh para maskapai. Mereka berhasil menyerap berbagai guncangan itu ke dalam model bisnis mereka. Alhasil, profitabilitas bisa tetap stabil.
Walsh juga mengaitkan prospek cerah ini dengan kinerja angkutan udara yang ternyata lebih baik dari perkiraan. Ini terjadi meski ada sengketa perdagangan yang dipicu kebijakan tarif dari Amerika Serikat.
"Maskapai penerbangan telah berhasil membangun ketahanan yang mampu menyerap guncangan ke dalam bisnis mereka, yang menghasilkan profitabilitas yang stabil," tegasnya.
Jadi, meski awan mendung masih ada di cakrawala mulai dari biaya sampai konflik industri penerbangan sepertinya sedang belajar untuk terbang lebih lincah menghadapi turbulensi. Prediksi triliunan rupiah tadi jadi secercah harapan yang cukup terang.
Artikel Terkait
Kemenag Siapkan KUA Keliling untuk WNI di Luar Negeri
Tragedi di Brown University: Dua Tewas dalam Penembakan di Kampus Ivy League
Wishing Candle, Dessert Natal yang Bisa Dimakan dari Surabaya
Batang dan Kendal Buktikan KEK Bisa Pacu Ekonomi Daerah Hingga 9%