Di sisi lain, AHY juga menyoroti arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto. Presiden meminta seluruh jajaran kementerian bekerja dengan cermat. Perhitungan anggaran harus teliti, persiapan penanganan pun harus matang, terutama saat eksekusi di lapangan nanti. Intinya, tidak boleh asal cepat, tapi juga tidak boleh gegabah.
“Tidak boleh ada hal-hal yang tidak kita lakukan secara cepat, tapi juga tidak boleh grasak-grusuk,” tegas AHY.
Dia melanjutkan, “Membangun kembali juga bukan berarti yang penting cepat, tapi juga harus kualitasnya bagus, karena jangan sampai kemudian juga tetap rentan terhadap bencana itu.” Poin terakhir ini penting. Rekonstruksi bukan sekadar mengganti yang rusak, melainkan membangun yang lebih tangguh.
Dampak bencana sendiri terbilang sangat luas. Catatan sementara menunjukkan ada 52 kabupaten di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang terdampak. Kerusakannya masif. Bayangkan, ratusan fasilitas umum, kesehatan, dan pendidikan rusak. Belum lagi ratusan rumah ibadah, jembatan, dan ruas jalan yang terputus.
Yang paling memilukan adalah data kerusakan rumah. Sekitar 156.500 unit rumah terdampak, dengan rincian 143.427 di antaranya mengalami kerusakan berat. Angka-angka ini yang kemudian mengerucut pada kebutuhan dana triliunan rupiah tadi. Pemulihan tak akan mudah, butuh waktu dan tentu saja, biaya yang tidak sedikit.
Artikel Terkait
Hodak Tegaskan Fokus ke Malut, Bukan Mimpi Final Lawan Ronaldo
Menteri Kelautan Korsel Mundur di Tengah Badai Dana Gereja Unifikasi
Nasib Kuota Impor BBM Swasta Akan Ditentukan Pekan Depan
Penjualan Motor Anjlok 11% di November, Ekspor Juga Merosot