jelasnya sambil menepuk kap mobil.
Kalau dilihat odometernya, angka yang terpampang cukup fantastis: 280 ribu kilometer. Padahal, saat dibelinya di tahun 2019, mobil ini sudah punya catatan perjalanan panjang.
"Paling jauh sudah ke Jogja, Salatiga, sampai Banyuwangi dan Bali. Waktu beli, odometer sudah nyentuh 160 ribuan. Ini saya pakai harian, buat kerja atau jalan sama keluarga. Harganya waktu itu sekitar Rp 55 juta,"
pungkas Anwar.
Nah, sedikit kilas balik. YRV ini sebenarnya adalah pionir city car Daihatsu yang diluncurkan pada 2001, sebelum akhirnya digantikan oleh Sirion. Penyebutan 'langka' itu beralasan. Pabrikan hanya menjualnya selama tiga tahun, dan dalam periode itu, cuma 305 unit yang berhasil didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Dari sisi mesin, YRV mengusung jantung mekanis yang familiar: 1.300 cc, tipe K3-VE. Mesin 4-silinder DOHC DVVT ini sama dengan yang dipakai Daihatsu Xenia masa itu. Meski begitu, di pasar Jepang, tersedia pilihan lain seperti 1.000 cc atau bahkan varian turbo 1.300 cc.
Yang bikin seru, transmisi otomatisnya dilengkapi fitur triptonic. Pengemudi bisa memindah gigi lewat tombol di kemudi, menambah sensasi berkendara yang lebih menyenangkan. Kemudian, sebagai mobil CBU Jepang, YRV menawarkan ruang kabin yang lumayan lega untuk ukuran tubuhnya. Kursi depan dan belakangnya bisa dilipat hingga hampir rata, sebuah fitur praktis yang khas mobil Jepang era itu.
Jadi, di balik tampilannya yang sederhana, YRV ini menyimpan sejarah dan karakter yang kuat. Bukan cuma soal mesin yang bandel, tapi juga tentang cerita kepemilikan dan keunikan yang jarang ditemui.
Artikel Terkait
Geliat Pameran GJAW 2025 Pacu Penjualan Mobil, Meski Target Tahunan Diprediksi Turun
Penerbangan Masa Depan: Turbulensi Makin Ganas Akibat Perubahan Iklim
Di Balik Layar Qorin 2, Epy Kusnandar Pilih Buta Total Demi Peran Terakhir
Pemerintah Kunci Rupiah: Devisa Ekspor SDA Wajib Parkir di Bank Himbara