Ia melanjutkan dengan bahasa yang puitis namun tegas. Alam, katanya, tak meminta disembah. Yang ia butuhkan justru sikap hormat dan tindakan nyata.
"Langit tidak meminta dipuja, tetapi dijaga. Gunung tidak memerlukan sembah, tetapi butuh penghindaran dari kerusakan."
Baginya, kerukunan dengan alam menempati posisi tertinggi. Kenapa? Karena itu cerminan dari keseimbangan batin yang sudah tercerahkan. Ketika hubungan kita dengan lingkungan rusak, seringkali itu pertanda ada yang goyah di dalam diri.
Pidato singkat itu menyisakan renungan. Di tengarai isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, seruan Menag terasa relevan. Bukan cuma untuk umat beragama tertentu, tapi untuk siapa saja yang mengaku sebagai penghuni bumi.
Artikel Terkait
Bencana di Sumatera Buka Borok: Cadangan Pangan Daerah Masih Jauh dari Aman
Korban Tewas Banjir Sumatera Tembus 914 Jiwa, Daftar Hilang Mulai Menyusut
UNCTAD Soroti Ekosistem Ekraf Indonesia sebagai Model Global
TRIPA Bidik Rp2 Triliun, Pacu Layanan dengan Relokasi Kantor Broker