Aluminium Indonesia Siap Cetak Rekor di Era Kendaraan Listrik

- Selasa, 02 Desember 2025 | 19:10 WIB
Aluminium Indonesia Siap Cetak Rekor di Era Kendaraan Listrik

Dunia sedang berubah. Transisi menuju energi bersih dan kendaraan listrik bukan lagi wacana, melainkan kenyataan yang bergulir cepat. Nah, di tengah gelombang perubahan ini, ada satu bahan yang permintaannya melonjak drastis: aluminium. Logam ringan ini jadi tulang punggung untuk banyak hal, mulai dari rangka mobil listrik, panel surya, hingga gedung-gedung modern. Bagi Indonesia, momen ini bukan sekadar tren. Ini adalah peluang emas, dan 2026 disebut-sebut sebagai tahun di mana industri aluminium nasional bisa benar-benar mencicipi untung yang signifikan.

Memang, apa sih yang mendorong semua ini? Jawabannya ada pada dua hal: revolusi hijau dan mobilitas listrik. Aluminium punya sifat yang sulit ditolak ringan, kuat, dan mudah didaur ulang. Makanya, material ini jadi pilihan utama untuk baterai EV, struktur kendaraan, dan tentu saja, infrastruktur energi terbarukan. Permintaan global pun terus meroket, menciptakan pasar yang sangat menggiurkan.

Di sisi lain, posisi Indonesia dalam peta aluminium global ternyata cukup strategis. Kita bukan lagi sekadar pemain pinggiran. Dengan peningkatan produksi domestik dan fasilitas hilirisasi yang terus dibenahi, Indonesia punya peluang untuk memasok aluminium ke pasar global. Negara-negara yang sedang gencar membangun infrastruktur hijau dan otomotif listrik bisa menjadi tujuan ekspor yang potensial.

Pasar dalam negeri sendiri juga tak kalah menarik. Sebuah penelitian memperkirakan, pasar aluminium Indonesia yang nilainya mencapai USD 2,66 miliar pada 2024, berpotensi membengkak menjadi sekitar USD 4,35 hingga 4,8 miliar pada 2030. Bayangkan, kombinasi antara permintaan global yang panas dan pasar domestik yang tumbuh ini seperti "mesin ganda" bagi industri. Potensinya luar biasa, baik untuk ekspor maupun memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Lalu, sudah siapkah kita? Tampaknya iya. Upaya untuk memperkuat kapasitas produksi, seperti peningkatan smelter dan fasilitas pengolahan alumina, terus digenjot. Tujuannya jelas: memastikan pasokan domestik cukup dan sekaligus membuka keran ekspor.

Yang menarik, produk hilir aluminium juga ikut merasakan dampaknya. Ambil contoh Aluminium Composite Panel (ACP) premium. Produk ini permintaannya meledak, dipicu oleh maraknya pembangunan infrastruktur, gedung komersial, dan hunian modern di Indonesia.


Halaman:

Komentar