Laode Ida Sebut Gangguan Bobby Nasution ke Aceh Adalah Perintah dari Jokowi
Persatuan bangsa Indonesia dinilai berada dalam bahaya akibat konflik regional yang berakar dari relasi kuasa keluarga di tingkat elite.
Mantan Wakil Ketua DPD RI, Laode Ida, secara terang-terangan menyebut tindakan Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, yang mengusik Aceh bukanlah sekadar masalah biasa. Menurutnya, ini adalah perpanjangan tangan dari mertuanya, mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pernyataan Laode Ida di Forum Keadilan TV
Dalam sebuah siniar yang tayang di kanal Youtube Forum Keadilan TV pada Selasa, 14 Oktober 2025, Laode Ida menegaskan bahwa posisi politik Bobby Nasution tidak bisa dilepaskan dari pengaruh besar mertuanya. Oleh karena itu, setiap kebijakan kontroversial yang diambil Bobby akan selalu dikaitkan dengan Jokowi, yang dinilainya sangat berbahaya bagi masa depan keutuhan bangsa.
Akar Konflik: Isu Plat Mobil dan Motif Dendam
Konflik yang dimaksud merujuk pada beberapa insiden, termasuk isu plat mobil yang dirazia di Sumatera Utara, yang dinilai mengusik warga Aceh. Ia menjelaskan, secara geografis Aceh hanya berbatasan darat dengan Sumatera Utara, sementara sisanya adalah lautan, sehingga gesekan dengan provinsi tetangga ini akan sangat berdampak.
Laode Ida bahkan menduga ada motif dendam pribadi dari Bobby terhadap tokoh Aceh, Mualim, yang memperkeruh suasana. Menurutnya, sentimen personal ini, ditambah dengan status Bobby sebagai menantu Jokowi, menciptakan situasi yang rawan.
Analisis Relasi Kuasa dalam Keluarga Elite
Analisis Laode berpusat pada konsep "relasi kuasa dalam keluarga". Ia berpendapat bahwa publik tidak mungkin memisahkan tindakan Bobby dari sosok Jokowi, karena posisinya sebagai gubernur adalah warisan yang tidak mungkin didapat tanpa campur tangan mertuanya.
Artikel Terkait
Mahfud MD Beberkan Dugaan Pidana di Proyek Kereta Cepat Whoosh: Prabowo Diminta Turun Tangan!
DPR Soroti Purbaya: Dilarang Ikut Campur Urusan Kementerian Lain!
Berhasil Dikritik! Prabowo Klaim Program Kerakyatannya Bongkar Dominasi Oligarki
Satu Tahun Prabowo-Gibran: Benarkah Pangan, Energi, dan SDM Sudah Lebih Tangguh?