Kontroversi Fufufafa: Profesor Asal Singapura Ini Bongkar Identitas Digital Gibran!

- Sabtu, 12 Juli 2025 | 13:25 WIB
Kontroversi Fufufafa: Profesor Asal Singapura Ini Bongkar Identitas Digital Gibran!




MURIANETWORK.COM - Fenomena akun anonim Fufufafa yang diduga milik Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah mencuatkan perdebatan sengit tentang identitas digital seorang pejabat publik.


Podcast Forum Keadilan TV menghadirkan Prof. Sulfikar Amir, Professor of Science dari Nanyang Technological University, dari Singapura untuk mengupas tuntas isu ini.


Prof. Sulfikar menyoroti bagaimana dunia digital memungkinkan perubahan identitas, bahkan berpotensi membentuk kepribadian ganda yang berlawanan dengan dunia nyata.


Menurut Prof. Sulfikar Amir, "Fenomena Fufufafa adalah hal umum di kalangan generasi digital, di mana dunia digital memungkinkan perubahan identitas." 


Lebih lanjut, ia menjelaskan, "Sistem digital memfasilitasi transformasi identitas, bahkan dapat membentuk lebih dari satu kepribadian yang bertolak belakang dengan dunia nyata." 


Implikasi dari hal ini menjadi krusial ketika dikaitkan dengan figur publik sekelas wakil presiden.


Kekhawatiran Prof. Sulfikar semakin mendalam jika dugaan kepemilikan akun tersebut benar adanya.


Ia menyatakan, "Jika terbukti Gibran adalah Fufufafa, perlu evaluasi lebih lanjut mengenai sindrom split personality yang dialaminya, karena ini berkaitan dengan kapasitasnya sebagai wakil presiden." 


Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya integritas dan konsistensi karakter seorang pemimpin, baik di dunia nyata maupun digital.


Informasi yang terungkap dalam podcast juga menunjukkan bahwa "Akun 'Fufufafa' terhubung dengan banyak akun di berbagai platform, termasuk yang menawarkan hiburan seksual, menggunakan email yang sama." 


Hal ini tentu saja memicu pertanyaan besar mengenai etika dan tanggung jawab seorang pejabat publik dalam mengelola jejak digitalnya.


Prof. Sulfikar melihat penyangkalan Gibran terhadap kepemilikan akun ini sebagai indikasi tertentu.


"Penyangkalan Gibran terhadap kepemilikan akun 'Fufufafa' kemungkinan karena rasa bersalah dan kurangnya keberanian untuk mengakui," ujarnya.


Ia menambahkan bahwa "Perilaku di akun 'Fufufafa' juga dipengaruhi oleh sifat dunia digital yang memungkinkan orang bersembunyi dan melontarkan kata-kata buruk tanpa teridentifikasi."


Lingkungan anonimitas daring memang seringkali memicu perilaku yang tidak akan dilakukan seseorang jika identitasnya terbuka.


"Jika akun tersebut bernama Gibran, ia tidak akan berani melakukan tindakan demikian."


Kontroversi "Fufu Fafa" ini bukan hanya sekadar gosip digital, tetapi telah menjadi cermin kompleksitas identitas di era digital dan tantangan yang dihadapi oleh para pemimpin.


Diskusi ini membuka ruang penting untuk evaluasi ulang tentang standar etika digital bagi pejabat publik serta bagaimana masyarakat harus menyikapi fenomena identitas ganda yang semakin marak di ranah dunia maya.



MENARIK! Pembuktian Siapa Pemilik Akun Fufufafa Akan Dijadikan Celah 'Pemakzulan' Gibran




MURIANETWORK.COM - Di tengah mencuatnya narasi pemakzulan terhadap Gibran Rakabuming sebagai Wakil Presiden, sejumlah skenario mulai bermunculan.


Celah paling relevan adalah pembuktian mengenai dugaan pemilik akun Kaskus Fufufafa yang ditengarai kuat sebagai Gibran Rakabuming dan kini menjabat Wakil Presiden.


Terkait dengan akun kaskus Fufufafa, Roy Suryo yang dijuluki sebagai pakar telematika sangat meyakini Wakil Presiden Gibran Rakabuming merupakan pemilik aslinya.


Masih menjadi isu hangat di tengah masyarakat, Roy Suryo sendiri hingga hari ini sedang berseteru dengan Joko Widodo dalam kasus dugaan ijazah palsu.


Sebelumnya, nama akun anonim Fufufafa telah banyak menyita perhatian publik karena unggahan dan komentarnya yang nir empati dan kelewatan.


Di samping mengolok-olok capres Prabowo dengan berbagai kalimat bermakna penghinaan, Fufufafa juga kedapatan sering hadir di sejumlah situs bernuansa pornografi.


Selain menyerang secara tekstual sebagai salah satu kontestan pilpres, Fufufafa juga melakukan penghinaan terhadap sejumlah anggota keluarga Prabowo Subianto.


Usai dilantik menjadi Wapres, Gibran saat dimintai keterangan mengaku bukan pemilik akun Fufufafa sebagaimana juga disampaikan Budi Arie selaku Menkominfo.


Karena sejumlah rangkaian historis dan kronologis tersebut, sejumlah kalangan melihat pemakzulan sangat mungkin serta dapat dilakukan.


Dengan melewati celah tersebut, sejumlah kalangan menilai pemecatan terhadap Gibran dapat lebih mudah dilakukan karena merupakan ketentuan dalam konstitusi.


Di samping terlibat tindak pidana dan sudah dinilai tidak layak, pemecatan di tengah jalan terhadap seorang Presiden atau Wapres dapat dilakukan karena perbuatan tercela.


Munculnya narasi pemecatan terhadap Gibran sebagai Wapres semakin menguat usai sejumlah purnawirawan TNI-Polri membacakan tuntutan.


Bahkan Mayjen Soenarko yang merupakan salah satu anggota Forum Purnawirawan, dalam sebuah siniar menyebut Gibran sebagai sosok Wapres kurang bermutu.


“Gibran mutunya itu tidak memenuhi persyaratan dari sisi intelektualitas, karakter, hukum dan moral, gampangnya dia ini lebih para dari Bapaknya,” tegasnya.


Karena itu, langkah taktis selanjutnya yang akan dilakukan oleh Forum Purnawirawan TNI-Polri adalah melakukan audiensi dengan DPR dan Mahkamah Konstitusi.


Terkait dengan potensi keberhasilan melakukan pemakzulan terhadap Gibran melalui celah sosok Fufufafa yang minim empati dan tidak teredukasi, Ray Rangkuti memberikan prediksi.


Menurut Direktur Eksekutif Lingkar Madani tersebut, peluang keberhasilan atau kegagalan terhadap rencana pemecatan Gibran sebagai Wapres masih berada di kisaran 50:50.  


Dimunculkannya sosok Wiranto selaku Penasehat Presiden untuk merespon tuntutan Forum Purnawirawan TNI-Polri, menurut Ray merupakan sebuah isyarat politik.


“Kalau Presiden Prabowo yang menanggapi, tentu intinya Beliau akan menjawab tidak ada karena itu inkonstitusional,” ungkap Ray.


Sumber: Suara

Komentar