Rocky Gerung Soroti Kegagalan Mitigasi di Balik Banjir dan Longsor Sumatera

- Senin, 08 Desember 2025 | 07:50 WIB
Rocky Gerung Soroti Kegagalan Mitigasi di Balik Banjir dan Longsor Sumatera

MURIANETWORK.COM – Banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat masih menyisakan duka. Tapi di luar tangisan, ada satu pertanyaan yang terus menggema: apa sebenarnya penyebabnya? Banyak yang menuding, kerusakan ekosistem hutan adalah biang keladinya. Hutan yang gundul diduga kuat memperparah bencana yang terjadi.

Nah, soal ini, pengamat politik Rocky Gerung punya pandangan keras. Menurut dia, akar masalahnya ada pada kebijakan, atau lebih tepatnya, kegagalan kebijakan. Pemerintah, khususnya Kementerian Kehutanan, dinilainya punya andil besar.

“Ini betul-betul mengingatkan kita bahwa negara tidak hadir. Negara boleh hadir setelah bencana, tapi negara tidak hadir untuk mencegah bencana itu,” ujar Rocky dalam kanal YouTube pribadinya, Senin (8/12/2025).

Dia tak sungkan menyebut nama. Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, menurut Rocky, layak dapat teguran serius. Gagal mitigasi, begitu kira-kira intinya.

“Beberapa menteri harusnya sudah tidak lagi terlihat di media massa akibat kegagalan mereka mengelola, memitigasi atau bahkan mempermainkan isu bencana. Itu kalau kita ingin etika mendahului regulasi. Orang semacam Raja Juli, saya kenal dia, saya bersahabat dengan dia, tapi dalam urusan bencana kemarin, harusnya dia sudah ditegur atau menegur diri sendiri bahwa ada yang gagal dia prestasikan selama menjadi menteri,” jelas Rocky tanpa tedeng aling-aling.

Poin utamanya jelas: bencana ini bukan semata musibah alam. Akademisi yang dikenal vokal ini menegaskan, ini adalah buah dari ulah manusia. Keserakahan menggunduli hutan yang berujung petaka.

“Bencana itu ukurannya bukan sekadar soal jumlah korban atau jumlah material yang harus disediakan, bukan. Tapi kecepatan untuk memahami bahwa bencana itu adalah bencana manusia. Bencana itu adalah kesepakatan kita untuk menangani secara kemanusiaan,” pungkasnya.

Jadi, narasinya bergeser. Dari sekadar membahas air yang surut dan tanah yang amblas, kini sorotan mengerucut pada tanggung jawab. Pada siapa yang seharusnya mencegah, jauh sebelum segalanya terjadi.

Komentar