Tapi sayangnya, waktu sudah terlambat. Kondisi gawat janin terjadi, dan nyawa Irene tidak tertolong. "Nah, itulah yang terjadi, waktu dia pindah lagi ke rumah sakit yang lainnya, terjadi gawat janin, akhirnya terjadi itu," kenang Ben dengan suara berat.
Di sisi lain, muncul fakta lain yang cukup mengusik. Salah satu rumah sakit disebut meminta keluarga Irene membayar uang muka Rp 4 juta dengan alasan kamar BPJS penuh. Masalah ini sekarang sedang diselidiki Kemenkes.
"Ada masalah dengan pelayanan di satu tempat, di mana rumah sakit itu punya alasan bahwa kelas tiganya penuh. Itu sedang kita investigasi," tegasnya.
Ben juga meminta publik tidak terburu-buru menyalahkan pihak rumah sakit. "Kasihan kalau kita langsung menghakimi, padahal mungkin mereka sudah bekerja mati-matian. Lebih baik kita tunggu hasil investigasi," tambahnya.
Merespon tragedi ini, Kementerian Kesehatan pun bergerak cepat. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan pemerintah tidak akan tinggal diam melihat nyawa melayang sia-sia.
"Saya sudah kirim tim. Jadi kemarin koordinasi sama Pak Menteri Dalam Negeri ke Papua. Sekarang timnya sedang memeriksa kondisi di Papua itu seperti apa dan apa yang harus diperbaiki," ujar Budi.
Kini yang tersisa adalah pertanyaan besar. Bagaimana bisa di era modern seperti ini, seorang ibu hamil harus berpindah-pindah rumah sakit hingga nyawanya tak tertolong? Investigasi masih berlangsung, sementara keluarga Irene berduka.
Artikel Terkait
Dedi Mulyadi Ungkap Terima Kasih dan Permintaan Maaf untuk Para Guru
Puluhan Ton Beras Ilegal Disita di Pelabuhan Batam, Diduga Asal Thailand
Tragedi di Balik Pintu Kantor: Teman Akrab Jadi Predator Seksual di Mamuju
Tragedi Gantung Diri Tersangka Pembunuhan Alvaro di Ruang Konseling Polisi