Di tengah kemeriahan acara pengundian grup Piala Dunia 2026 di Washington DC, Sabtu dini hari waktu Indonesia, sebuah kejutan kontroversial terjadi. Presiden FIFA, Gianni Infantino, menganugerahkan FIFA Peace Prize yang baru dibuat itu kepada Donald Trump. Langkah ini langsung memantik gelombang kritik dan menyeret nama Infantino ke dalam tuduhan pelanggaran kode etik.
Penghargaan perdamaian FIFA sendiri merupakan terobosan baru. Tujuannya, menghormati individu yang dianggap berjasa memajukan perdamaian dan menyatukan orang lewat sepak bola. Dan Trump tercatat sebagai penerima pertamanya.
Dalam pidatonya, Infantino memuji mantan presiden AS itu.
"Anda sungguh pantas menerima FIFA Peace Prize yang pertama. Atas tindakan Anda, atas apa yang telah Anda peroleh. Tapi Anda memperolehnya dengan cara yang luar biasa," ujarnya.
"Bapak Presiden, Anda selalu dapat mengandalkan dukungan saya, dukungan seluruh komunitas sepak bola. Untuk membantu Anda mewujudkan perdamaian dan memakmurkan seluruh dunia," imbuh Infantino.
Namun begitu, pemberian penghargaan itu di sela acara teknis seperti drawing grup dinilai janggal oleh sejumlah pihak. Pelatih Norwegia, Stale Solbakken, mengaku heran.
"Ini seperti pertunjukan aneh," katanya, seperti dikutip media Norwegia.
Kritik lebih keras datang dari mantan pejabat PBB, Craig Mokhiber. Ia menyebut momen itu memalukan dan terkesan sebagai upaya mengaburkan catatan dukungan Trump kepada Israel serta isu pelanggaran HAM lain.
Artikel Terkait
Malaysia Hajar Laos 4-1, Laga Puncak Lawan Vietnam Menanti
Erick Thohir: Indonesia Tak Boleh Hanya Jadi Penonton di Pasar Olahraga Rp 8.700 Triliun
Erick Thohir Buka Suara: Atlet Jangan Lagi Dipandang Sebagai Profesi Susah
Gol Tunggal STKIP Pasundan Loloskan Tim ke Final The Nationals