Walhi Kritik Perdagangan Karbon di COP30: Bukan Solusi Atasi Akar Krisis Iklim

- Selasa, 11 November 2025 | 23:55 WIB
Walhi Kritik Perdagangan Karbon di COP30: Bukan Solusi Atasi Akar Krisis Iklim
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) memberikan pandangan kritis mengenai konsep perdagangan karbon yang diusung Indonesia pada KTT COP30. Organisasi lingkungan ini menegaskan bahwa solusi utama mengatasi krisis iklim harus menyentuh akar permasalahannya. Manajer Kampanye Hutan dan Kebun Walhi, Uli Arta Siagian, menjelaskan bahwa mekanisme perdagangan karbon bukanlah solusi inti. Menurutnya, akar krisis iklim adalah pelepasan emisi skala besar dari sektor industri dan ekstraktif. Jika serius mengatasi krisis iklim, langkah progresif seperti menekan laju deforestasi dan membatasi izin sektor ekstraktif menjadi sangat penting. Uli menyoroti bahwa perdagangan karbon tidak serta-merta mendorong perusahaan untuk mengurangi emisi secara nyata. Ia mendesak pemerintah untuk segera menerapkan kebijakan yang mampu mengendalikan deforestasi skala besar. Selain itu, Walhi mendorong delegasi Indonesia untuk memperjuangkan penagihan utang iklim dari negara maju. Isu kerugian dan kerusakan (loss and damage) juga perlu menjadi perhatian utama, mengingat wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat rentan terhadap dampak krisis iklim. Di sisi lain, Indonesia memperkenalkan inovasi baru bernama 'Seller Meet Buyer' dalam KTT COP30 di Brasil. Konsep ini diperkenalkan oleh Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq. Inisiatif ini bertujuan menjembatani pertemuan langsung antara penjual dan pembeli kredit karbon dalam Kerangka Pasar Karbon Berintegritas Tinggi Indonesia. Hanif menekankan bahwa diplomasi iklim yang efektif tidak hanya berfokus pada kebijakan, tetapi juga harus mampu mendorong transformasi ekonomi. Perdagangan karbon diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia sekaligus mendorong pemanfaatan lahan yang lebih optimal.

Komentar