Asep menjelaskan pentingnya percepatan pembentukan bank sampah, terutama terkait dengan rencana pemberlakuan retribusi sampah. "Masyarakat yang memilih menjadi nasabah bank sampah tidak akan dikenai retribusi," jelasnya. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah nasabah bank sampah yang saat ini masih berkisar 30-40% per RW, sekaligus memastikan operasional bank sampah dapat berjalan lebih optimal.
Kisah Sukses Bank Sampah Lenteng Agung
Bank Sampah Sehati (BSS) di RW 08, Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, menjadi bukti nyata kesuksesan program bank sampah. Dengan 300 lebih nasabah dari 14 RT, BSS berhasil mengumpulkan sampah daur ulang hingga 2,5 ton setiap bulannya. Sampah-sampah tersebut ditimbang dua kali seminggu dengan sistem jemput bola, dengan harga bervariasi mulai dari Rp300 per kg untuk beling hingga Rp60.000 per kg untuk tembaga.
Dukungan Penuh dari Asosiasi Bank Sampah
Ketua Umum Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASOBSI), Wilda Yanti, menegaskan pentingnya peran pendamping dalam memastikan pengelolaan bank sampah yang optimal. Komunikasi yang baik dengan warga dan edukasi berkelanjutan menjadi kunci utama keberhasilan program ini dalam memberdayakan masyarakat melalui ekonomi hijau berbasis komunitas.
Dengan komitmen kuat dari pemerintah dan antusiasme masyarakat, program satu RW satu bank sampah aktif diharapkan tidak hanya menciptakan lingkungan yang lebih bersih, tetapi juga membangun Jakarta yang berkelanjutan melalui pengelolaan sampah yang efektif dan bernilai ekonomi.
Artikel Terkait
Pujian Ayah untuk Bupati Bekasi Berbalik Jadi Ironi di Meja KPK
Korea Utara Gebrak Meja, Tuding Jepang Lampaui Garis Merah dengan Ambisi Nuklir
22 Desember: Dari Hari Ibu hingga Hari Persatuan, Satu Tanggal dengan Seribu Makna
Program Makan Bergizi Tetap Berjalan Meski Sekolah Libur, BGN Siapkan Opsi Penyaluran