Miliaran Dolar Mengalir ke Israel, Sementara Gaza Masih Berdarah

- Minggu, 21 Desember 2025 | 05:20 WIB
Miliaran Dolar Mengalir ke Israel, Sementara Gaza Masih Berdarah

✍🏻 SHAUN KING (Aktivis muslim AS)

Sudah lebih dari dua tahun. Sejak Oktober 2023, genosida di Gaza berlangsung di depan mata kita semua. Kini, di tahun ketiga, muncul kengerian baru. Kali ini bukan dari ledakan bom, tapi dari secarik kertas kontrak senilai miliaran dolar yang baru saja ditandatangani.

Saya baru saja membaca dua laporan. Isinya bikin mual. Intinya sederhana: sementara Gaza berdarah-darah, negara-negara di sekitarnya tak cuma diam. Mereka sibuk berbisnis.

Kesepakatan Senjata yang Dirahasiakan

Ada laporan baru yang menjijikkan, tapi sayangnya, benar. Uni Emirat Arab disebut-sebut sebagai pembeli rahasia di balik "kesepakatan terbesar" dalam sejarah Elbit Systems. Nilainya fantastis: $2,3 miliar, dengan rencana pengiriman selama delapan tahun ke depan. Media mengutip Intelligence Online yang mengungkap identitas UEA itu.

Nah, Elbit ini bukan main-main. Mereka raksasa senjata Israel, salah satu penggerak utama kekerasan yang kita saksikan sejak 2023. Mereka tak cuma bikin "produk pertahanan" abstrak. Mereka merakit alat perang modern: drone, sistem penargetan, komunikasi medan tempur. Teknologi yang dirancang untuk membuat pembunuhan lebih efisien, lebih terukur. Dan seperti kebanyakan pedagang senjata, mereka paling diuntungkan saat dunia bergejolak. Lihat saja laporan keuangan mereka keuntungan rekor, pesanan menumpuk saat genosida berlangsung. Itu bukan kebetulan. Itu model bisnis mereka.

Setiap kontrak adalah sebuah suara. Keputusan sebuah pemerintah untuk terus menyuapi mesin yang telah mengubah Gaza jadi puing, lalu pura-pura bilang, "Ini cuma bisnis, kok."

Dan ini yang bikin hati miris: komponen kesepakatan itu dilaporkan dikenai larangan publikasi. Mereka sembunyikan.

Itu bukan detail sepele. Itu pengakuan.

Kalau sebuah kesepakatan senjata harus ditutup-tutupi dengan kerahasiaan hukum, artinya semua pihak tahu: ini jijik. Tapi mereka tetap jalan.

Ujian moralnya sebenarnya sederhana. Kalau Anda mengaku membela nyawa manusia, kalau Anda mengaku beriman, Anda tak seharusnya memberi makan mesin pembunuh itu.

Tapi nyatanya, UEA disebut-sebut menyodorkan $2,3 miliar, cair bertahap hampir sepuluh tahun, sementara korban jiwa di Gaza masih terus dihitung.

Lalu timbul pertanyaan paling pahit: apa artinya ketika pemimpin-pemimpin Muslim bisa menggelontorkan miliaran untuk industri senjata Israel, sementara keluarga di Gaza kesulitan dapatkan air bersih?

Pesta Gas di Tengah Kelaparan

Laporan kedua datang dari The New York Times, ditulis Ephrat Livni dan Johnatan Reiss pertengahan Desember 2025. Mereka melaporkan Benjamin Netanyahu menyetujui apa yang dia sebut "kesepakatan gas terbesar" dalam sejarah Israel senilai $37 miliar. Izin ekspor diberikan agar Chevron dan perusahaan lain bisa memperluas pengiriman gas ke Mesir, yang terkait ladang Leviathan milik Israel.

Netanyahu merayakannya. Katanya, ini akan memperkuat posisi Israel di kawasan dan menghasilkan pendapatan besar. Artikel itu menyebut angka sekitar $18 miliar dari pajak dan pendapatan lain untuk Israel.

Coba baca pelan-pelan: saat Gaza masuk tahun ketiga genosida, Israel justre mengamankan keuntungan regional yang luar biasa. Dan pemerintah negara tetangga Mesir ikut menandatangani perjanjian pipa gas itu.

Mesir bukan cuma "tetangga". Mereka yang mengendalikan akses ke Gaza. Mereka yang melihat mayat-mayat. Mereka yang menyaksikan kelaparan dan pengungsian. Mereka tahu, lebih dari siapa pun, apa yang terjadi di sana. Tapi, inilah kenyataannya: $37 miliar dalam bentuk gas.


Halaman:

Komentar