Uni Eropa di Ambang Keputusan Berisiko: Aset Bekuan Rusia untuk Ukraina

- Kamis, 18 Desember 2025 | 13:25 WIB
Uni Eropa di Ambang Keputusan Berisiko: Aset Bekuan Rusia untuk Ukraina

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban bersuara lantang. Menurutnya, menggunakan aset Rusia akan “menempatkan Belgia dalam bahaya serius.” Orban menilai langkah itu melanggar hukum internasional dan mengutip peringatan Putin bahwa Rusia akan merespons dengan segala cara.

“Setiap sengketa hukum pasti akan kalah dan pada akhirnya seseorang harus mengganti aset yang disita,” kata Orban.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni juga menyoroti kerumitan hukum. Meski setuju Rusia harus bertanggung jawab, Meloni menekankan pentingnya fondasi hukum yang benar-benar kokoh.

“Jika fondasi hukumnya rapuh, kita justru memberi Rusia kemenangan nyata pertamanya sejak konflik ini dimulai,” ujarnya di parlemen Italia.

Ada Rencana Cadangan, Tapi...

Sebenarnya ada opsi lain. Komisi Eropa bisa mencoba mengumpulkan dana di pasar internasional, mirip skema pemulihan pasca-Covid dulu. Belgia lebih suka cara ini.

Namun, rencana B ini mensyaratkan persetujuan bulat dari 27 anggota. Dan Hungaria, dengan Perdana Menteri Orbán yang menganggap dirinya penengah damai, menolak mendanai Ukraina. Jadi, jalan ini praktis buntu.

Sementara itu, rencana pinjaman ganti rugi hanya butuh dukungan mayoritas dua pertiga. Hungaria tidak bisa memveto sendirian. Slovakia mungkin menolak. Belgia, Bulgaria, Italia, dan Malta masih perlu dibujuk.

Bahkan jika keenam negara itu menolak, suara mereka belum tentu cukup untuk menggagalkan keputusan. Tapi mengabaikan posisi Belgia yang punya kepentingan dan kekhawatiran paling langsung bisa berakibat buruk. Bisa merusak kohesi Eropa dan mengikis kepercayaan untuk keputusan-keputusan besar di masa depan.

“Ini pendekatan yang benar-benar baru. Semua orang memiliki pertanyaan,” ujar seorang diplomat senior UE yang terlibat negosiasi hingga Rabu (18/12).

“Kita berbicara soal penggunaan keuangan publik. Parlemen mungkin perlu ikut campur. Ini tidak mudah,” tambah diplomat yang berbicara dengan syarat anonim itu.

Desakan Zelenskyy: Kirim Sinyal Keras

Dari Kyiv, Presiden Volodymyr Zelenskyy mendesak sekutu-sekutunya. Hasil pertemuan Brussels, katanya, harus membuat Rusia sadar bahwa perang mereka tidak akan “membuahkan hasil.”

“Hasil pertemuan ini (bagi Eropa) harus membuat Rusia merasa bahwa keinginannya untuk terus berperang tahun depan adalah sia-sia, karena Ukraina akan terus mendapat dukungan,” tegas Zelenskyy.

Dia menambahkan, bukannya menunjukkan niat damai, Rusia justru sedang bersiap untuk melanjutkan perang di tahun depan.


Halaman:

Komentar