"Bantuan kemanusiaan itu bagian dari peradaban. Kita harusnya tidak merasa gengsi menerimanya," ujarnya.
"Rakyat tidak akan kecewa kalau negara lain membantu. Wibawa Presiden dan martabat bangsa juga tidak akan runtuh. Ini hal yang wajar, sama seperti ketika kita kerap membantu negara lain yang kena musibah," tegas Deddy.
Ia lalu menyoroti kabar tentang surat Pemerintah Aceh kepada lembaga PBB. Baginya, itu adalah sinyal darurat. Sebuah indikasi nyata bahwa pemerintah daerah dan masyarakat setempat sudah benar-benar kelelahan, nyaris tak sanggup lagi bertahan.
"Kalau benar surat itu dikirim, itu cermin dari betapa gentingnya keadaan di lapangan. Daya tahan mereka sudah melampaui batas," paparnya.
Hal mendesak yang harus segera dituntaskan, menurut Deddy, adalah isolasi daerah bencana. Jalan-jalan yang putus harus dibuka agar bantuan bisa mengalir lancar. Prioritasnya jelas: tempat tinggal sementara yang layak, air bersih, makanan, plus dukungan logistik seperti BBM dan listrik. Semua itu harus dicepat.
"Kalau memang mampu, penanganannya harus sistematis. Isolasi daerah terdampak harus diselesaikan. Titik," tutupnya.
Artikel Terkait
KPK Sita Ratusan Juta Rupiah dalam Penggeledahan Kantor Bupati Lampung Tengah
Jakarnaval 2025 Siap Ramaikan Ancol dengan Parade IP Lokal
Bayi 6 Bulan Tewas Dibanting Ayahnya di Ciputat, Diduga Dipicu Judi dan Miras
Jakarnaval 2025 Siap Pamerkan 12 Karya Ikonik Lokal di Ancol