Ia menambahkan, gerakan ini sekaligus menunjukkan peran strategis pemuda. Mereka hadir langsung di akar rumput, bekerja bahu-membahu dengan warga, menjadi bagian dari proses pemulihan itu sendiri.
Perubahan itu ternyata bisa dirasakan. Rizal Hasibuan, salah seorang relawan di lapangan, membenarkan. Pendekatan lewat bermain ternyata ampuh.
"Di hari pertama, banyak anak yang masih diam dan terlihat takut. Tapi setelah diajak bermain dan bercerita, mereka mulai berani tertawa dan berinteraksi lagi. Itu tanda pemulihan mulai berjalan," ujar Rizal.
Semua kegiatan di posko ini mengutamakan kenyamanan dan keselamatan anak, tanpa paksaan. Kolaborasi antara pengurus nasional, cabang lokal di Tapanuli Selatan, dan warga Desa Pengkolan pun berjalan lancar. Pemerintah desa dan masyarakat menyambutnya dengan hangat. Mereka melihat program ini sebagai penolong agar anak-anak tak larut dalam ketakutan, dan bisa kembali beraktivitas dengan lebih ceria.
Ke depan, Posko Ceria diharapkan tak berhenti di sini. Program ini direncanakan berjalan selama masa pemulihan. Bahkan, bisa jadi model untuk diterapkan di daerah-daerah lain di Sumatera yang juga terdampak bencana. Sebuah langkah kecil yang bermakna besar, dimotori oleh semangat muda.
Artikel Terkait
Remaja Palestina Tewas Tertembak dalam Penggerebekan Israel di Tepi Barat
BMKG Catat 40.000 Gempa Sepanjang 2025, Hanya 24 yang Merusak
Pratikno: Huntara Jadi Prioritas Utama Pasca-Banjir di Tiga Provinsi
600 Tenaga Medis Diterjunkan ke Aceh, Sumut, dan Sumbar Secara Bergilir