Ia menambahkan, komunikasi intens dengan para mitra seperti Kitabisa mengungkap kebutuhan mendesak saat ini: transportasi untuk mengangkut bantuan dari Jakarta ke lokasi. "Harapan kami, kolaborasi ini dapat terus berlanjut. Ini tidak berhenti sampai di sini," tegas Astri.
Di sisi lain, Ahmad Mujahid, Executive Director Salam Setara yang mewakili ekosistem Kitabisa, menyampaikan harapan sederhana.
"Mohon doanya semoga bantuan yang kita terbangkan hari ini dapat diterima keluarga-keluarga yang membutuhkan di Sumatera," kata Ahmad.
Pelepasan pesawat kemarin juga dihadiri sejumlah public figure yang aktif menggalang donasi, plus perwakilan mitra seperti Rumah Zakat, IA ITB, dan komunitas PAPMM-IPB. Sinergi seperti ini diharapkan tak putus, terutama saat masuk fase pemulihan nanti.
Memasuki pekan kedua, suasana di lokasi bencana masih suram. Banjir bandang dan longsor telah meninggalkan luka yang dalam. Bantuan sebenarnya sudah didistribusikan sejak 12 hari pasca-bencana, namun pengiriman tetap dilakukan bertahap. Pasalnya, galang dana dari berbagai kalangan masih terus mengalir melalui Kitabisa.
Data terbaru BNPB per 11 Desember 2025 menggambarkan betapa dahsyatnya musibah ini. Di Aceh, Sumut, dan Sumbar, tercatat 52 kabupaten terdampak. Rumah yang rusak mencapai 157 ribu, fasilitas umum yang terdampak lebih dari 2.000. Korban jiwa pun tak sedikit: 990 meninggal, 225 hilang, dan lebih dari 5.000 orang luka-luka. Angka-angka itu menyimpan banyak cerita pilu yang butuh uluran tangan lebih lama lagi.
Artikel Terkait
Bantuan Polda Belum Cukup, Pedagang Kalibata Masih Terjebak Trauma dan Krisis Modal
Bangkai Orangutan Tapanuli Ditemukan di Tengah Reruntuhan Banjir Bandang
Polri Kirim Bantuan dan Turun Tangan Langsung di Daerah Rawan Bencana
Gus Ipul Sambut Bantuan EMTEK untuk Korban Bencana Sumatera