Jakarta – Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) baru saja menggelar Rapat Kerja Nasional atau Rakernas. Intinya, forum ini jadi ajang konsolidasi buat merumuskan strategi dan arah industri Pinjaman Daring (Pindar) hingga tahun 2026 nanti. Tak cuma itu, acara ini juga bertujuan memperkuat tata kelola dan perlindungan konsumen, sekaligus mendorong pembiayaan produktif yang berkelanjutan.
Dengan semangat AFPIStrongerTogether, Rakernas ini diharapkan jadi momentum. Penguatan industri, menurut mereka, cuma bisa tercapai lewat kolaborasi erat, disiplin dalam kepatuhan, dan penerapan standar tinggi yang konsisten di semua lini.
Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, menegaskan tahun 2026 bakal jadi fase krusial bagi industri Pindar. Ini sejalan dengan proyeksi pemulihan ekonomi nasional yang mulai terlihat.
"AFPI memastikan seluruh program kerja 2026 akan sejalan dengan roadmap OJK serta implementasi POJK 40 Tahun 2024 dan SEOJK 19," ujar Entjik, Kamis (11/12/2025).
"Fokus utama kami adalah memperkuat manajemen risiko, meningkatkan kualitas tata kelola, dan menjaga perlindungan konsumen sebagai fondasi pertumbuhan industri yang sehat dan berkelanjutan," lanjutnya.
Menariknya, di tengah tantangan daya beli yang melemah dan perlambatan ekonomi tahun 2025, industri Pindar ternyata menunjukkan ketahanan yang cukup baik. Data OJK per September 2025 mencatat, outstanding pendanaan Pindar dari anggota AFPI mencapai Rp 90,99 triliun. Angka itu naik signifikan, sekitar 22% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Capaian ini bukan sekadar angka. Ini mencerminkan peran nyata Pindar dalam menjangkau segmen masyarakat yang selama ini kurang tersentuh layanan keuangan, termasuk para pelaku UMKM.
Artikel Terkait
Brimob Riau Bersihkan Surau dan Pondok Quran di Tengah Reruntuhan Galodo
Sopir Pengganti Program Makan Bergizi Diduga Salah Injak Gas, 20 Korban Terluka
Kapolri Turun Langsung, Tinjau Dapur Umum dan Posko Kesehatan di Pengungsian Aceh
Tito Karnavian Siagakan Daerah Hadapi Arus Libur dan Cuaca Ekstrem Nataru