Dan bicara soal kesehatan, kondisi itu mulai tampak. Menurut Awal, banyak korban yang mulai jatuh sakit pasca bencana. Demam, batuk, pilek, hingga gatal-gatal merebak. Lingkungan yang kotor dan minim air bersih jelas jadi pemicu utamanya.
“Kalau pasokan bahan makanan alhamdulillah sudah ada, sudah lancar,” ujarnya memberi secercah kabar baik. “Tapi kami belum mandi sejak bencana terjadi, air bersih sangat sulit sekali. Banyak rumah yang tidak bisa dibersihkan karena tidak ada sumber air.”
Data per Selasa, 6 Desember 2025, menggambarkan betapa besarnya musibah ini. Korban mengungsi mencapai lebih dari 262 ribu jiwa. Sedihnya, 57 orang dinyatakan meninggal dunia dan 22 lainnya masih hilang. Kerusakan properti pun masif: ribuan rumah rusak ringan hingga sedang, dan hampir 800 unit lainnya hanyut begitu saja. Angka-angka ini, sayangnya, masih mungkin bertambah.
Jadi, di balik genangan air yang mulai surut, ada krisis lain yang menggenang: krisis air bersih dan pemulihan kesehatan. Bantuan logistik mungkin sudah mengalir, tapi perjuangan warga Aceh Tamiang untuk kembali ke kehidupan sehari-hari masih sangat panjang.
Artikel Terkait
Mobil Pengantar Makanan Siswa Terguling, Puluhan Guru dan Murid Jadi Korban di Halaman Sekolah
KPK Bawa Kasus Suap Menas Erwin ke Meja Hijau Bandung
Senyum Juliati Sigit Hangatkan Pengungsian Banjir Aceh Tamiang
Ammar Zoni dan Rekan Segera Dipindahkan ke Lapas Cipinang untuk Percepat Sidang