Suasana di Pos Bloc, Jakarta Pusat, malam itu ramai dan penuh energi. Di situlah puncak kompetisi BUDAYA GO! 2025 digelar, sebuah ajang yang mencari terobosan digital berbasis budaya. Malam Apresiasi itu menjadi penutup dari perjalanan panjang ratusan peserta dari seluruh Indonesia.
Acara dibuka dengan suasana haru. Sebelum segala sesuatu dimulai, para hadirin mengheningkan cipta dan berdoa bersama untuk korban bencana alam di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Baru setelah itu, sorotan kembali tertuju pada pencapaian para finalis yang telah bertahan sejak Oktober lalu.
Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha, hadir memberikan apresiasi. Ia punya pesan penting: jangan pernah memandang teknologi sebagai ancaman bagi tradisi.
Menurut Giring, menjaga orisinalitas budaya memang tugas pemerintah. Namun di sisi lain, tugas anak muda justru mengembangkannya. Bagaimana caranya? Yaitu dengan memanfaatkannya sehingga budaya bisa menjadi sumber ekonomi, menciptakan bisnis, dan membuka lapangan kerja.
Ia juga berpesan agar karya-karya ini tidak mati setelah kompetisi. Pemerintah, kata dia, siap memfasilitasi kolaborasi lebih lanjut agar produk digital ini bisa masuk ke industri kreatif, museum, atau dunia pendidikan.
Kompetisi yang digagas Direktorat Pengembangan Budaya Digital Kemenbud ini memang punya ambisi besar. Bukan sekadar lomba, tapi upaya strategis menghubungkan ekosistem budaya dengan teknologi. Tahun ini, partisipasinya cukup menggembirakan: 627 tim dari 33 provinsi ikut serta, dibagi dalam kategori Pelajar/Mahasiswa dan Profesional.
Artikel Terkait
Banjir Garoga Bongkar Ratusan Gelondongan Kayu Ilegal
Hujan Tak Halangi Reserse Kalsel Bagikan 500 Paket Sembako di Hari Jadi
DPR Sahkan Revisi UU Perlindungan Saksi dan Korban, LPSK Bakal Merambah ke Daerah
Habiburokhman Ingatkan Polisi Soal Praduga Tak Bersalah dalam Kasus Bom Molotov