Semua kucing itu kini ditampung di sebuah selter di daerah Kampung Teleng. Lokasinya agak terpencil, di ujung sebuah permukiman dengan jalan berbatu. Jarak ke rumah warga terdekat sekitar 10 meter, membuat tempat itu cukup sunyi.
Namun begitu, Salmiati mengakui fasilitas yang ada masih jauh dari ideal. Tempat penampungan saat ini belum representatif. Impiannya sederhana tapi besar: memiliki selter yang lebih layak. Ia membayangkan sebuah tempat dengan taman, ruang terbuka, area makan yang memadai, dan tentu saja, dukungan fasilitas kesehatan untuk binatang-binatang itu.
“Harapan saya hanya itu,” ujarnya. Suaranya terdengar tenang namun penuh keyakinan. “Karena ini adalah tentang perasaan dan batin.”
Di balik gemuruh berita bencana, kisah Salmiati mengingatkan kita pada sebuah kebaikan yang sunyi. Sementara kota berbenah, perjuangannya untuk memberi para korban berbulu itu kehidupan yang lebih layak terus berlanjut.
Artikel Terkait
Pemulihan Infrastruktur Aceh Digenjot, Targetkan Normalisasi Pertengahan Desember
Foto Mesra Katy Perry dan Justin Trudeau Picu Badai Spekulasi
Kakorlantas Soroti E-TLE, Pengawasan Lalu Lintas Jakarta Kian Mata-Mata
Aksi Curi Motor di Depok Terekam CCTV, Habis dalam Satu Menit