Habiburokhman kemudian menegaskan bahwa ketidakadilan dalam kasus Ira Puspadewi, menurut pengamatannya, terang benderang. Ia heran dengan praktik saling oper putusan antara tingkat praperadilan dan perkara pokok.
"Secara perkara pokok pun sudah ada putusannya. Menurut saya, nggak perlu lagi mengoper-alihkan ke praperadilan kalau perkara pokok sudah diputus. Seharusnya semua aspek, formalitas sampai substansi, sudah tuntas dinilai di sana," paparnya.
Ia menambahkan dengan nada lebih personal, "Tapi kalau kita lihat pakai kasat mata saja, ini jelas-jelas nggak adil. Nggak adil buat Ira Puspadewi. Jadi, janganlah bersembunyi di balik formalitas prosedur semata."
Lalu, bagaimana proses Prabowo sampai pada keputusan rehabilitasi itu? Habiburokhman menyoroti satu hal: keputusan itu diambil tanpa memedulikan survei atau citra.
"Jadi, Pak Prabowo ini nggak ambil pusing. Begitu dia memilih satu opsi, ya dia jalanin. Risiko citra turun atau pro-kontra, itu dia terima. Itulah gaya beliau," jelas Habiburokhman.
Ia menutup dengan kesan pribadinya. "Pokoknya, kalau Pak Prabowo ambil keputusan, nggak lihat hasil survei naik-turun gimana. Nggak. Dia pelajari betul-betul kasusnya, terima masukan, lalu putuskan. Titik."
Artikel Terkait
Wapang TNI Turun Langsung ke Garut dan Agam, Tinjau Kerusakan Pascabencana
Mayat Wanita Tangan Terikat Dibawa Boncengan Motor di Tengah Hujan Bogor
Jenazah Ibu Samsiar Ditemukan di Reruntuhan, Pencarian di Agam Terus Berlanjut
Menteri Kehutanan Segel Empat Lokasi Diduga Pemicu Banjir Sumatera