Ia mengakui proses ini mungkin tak instan. “Meskipun itu membutuhkan waktu, karena rakyat Lebanon sudah lelah dengan konfrontasi militer,” tambahnya.
Di sisi lain, respons dari dalam negeri tak sepenuhnya mulus. Naim Qassem, pimpinan senior Hizbullah, menyatakan dukungannya pada jalur diplomasi. Namun, ia dengan keras mengkritik keterlibatan perwakilan sipil Lebanon dalam perundingan dengan Israel. Bagi Qassem, langkah itu adalah sebuah “kesalahan.” Kelompok milisi yang dipimpinnya itu memang dikenal keras menolak untuk melepaskan senjata.
Situasi di lapangan sendiri masih tegang. Meski gencatan senjata November 2024 sempat diharapkan mengakhiri lebih dari setahun permusuhan sengit antara Israel dan Hizbullah, ketegangan belum benar-benar reda. Israel masih kerap melancarkan serangan ke wilayah Lebanon. Tak hanya itu, mereka juga masih mempertahankan kehadiran pasukannya di lima lokasi strategis di Lebanon selatan. Fakta ini tentu saja menjadi pengingat betapa rapuhnya keadaan damai yang ada.
Artikel Terkait
KPAI Soroti Peran Ibu yang Diduga Tutupi Penganiayaan Balita di Bogor
Sopir Gasak Rp 600 Juta Milik Majikan Demi Judi Online
Polisi Gerebek Studio Porno di Bali, Ungkap Mobil BangBus dan 18 WNA Diamankan
Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Diperluas, Lansia hingga Santri Jadi Sasaran