Zayn, Bocah Bogor yang Bertaruh Nyawa Melawan Penyakit Langka Otak

- Jumat, 05 Desember 2025 | 20:15 WIB
Zayn, Bocah Bogor yang Bertaruh Nyawa Melawan Penyakit Langka Otak

Suaranya bergetar saat bercerita. “Waktu itu saya jenguk di PICU dan ngasih dia kue kecil sambil bilang, ‘Ayo Zayn kita pulang ke rumah,’ begitu.”

Zayn akhirnya bisa pulang, tapi dengan syarat ketat. Keluarga harus menyediakan tangki oksigen besar di rumah, sebagai antisipasi darurat jika napasnya kembali terganggu. Meski sudah di rumah, perjuangan belum usai. Namira harus menjaga Zayn ekstra ketat untuk mencegah demam dan kejang, sesuai instruksi dokter.

Kini, ia hampir tak pernah berani membawa Zayn keluar rumah. Mereka menghabiskan waktu 24 jam bersama di dalam rumah. Tangki oksigen itu seperti sahabat karib Zayn, selalu menemaninya, bahkan saat harus kontrol ke rumah sakit sekalipun. “Zayn kerap demam dan kejang jika terlalu lama menunggu di poli,” tutur Namira.

Di sisi lain, keterbatasan ekonomi juga jadi tantangan lain yang tak kalah berat. Ayah Zayn, Feri Santosa, bekerja sebagai tenaga keamanan dengan penghasilan pas-pasan. Gajinya yang sesuai UMP Jakarta nyaris tak cukup untuk menutupi biaya obat, vitamin, popok, pengisian oksigen, dan susu khusus satu-satunya sumber nutrisi Zayn. Belum lagi ongkos transportasi rutin ke Jakarta.

Tapi, Namira memilih untuk tak menyerah. “Sekarang ini saya fokus ke Zayn untuk terus bertahan hidup. Saya jalanin aja nggak perlu takut atau malu,” tekadnya. Ia berkomitmen menjalani semua saran dokter, sambil berharap suatu saat nanti akan ada titik terang untuk buah hatinya.

Asupan susu dan obat harus tetap teratur, itu kunci agar kondisi Zayn tidak memburuk. Di balik segala keterbatasan, ada tekad besar seorang ibu untuk memastikan anaknya tetap bertahan.

Dukungan dari orang-orang baik di sekitarnya menjadi penopang semangat mereka. Setiap bantuan, sekecil apa pun, sangat berarti untuk meringankan beban keluarga ini, dan memberi Zayn kesempatan untuk terus berjuang.


Halaman:

Komentar