Dalam penerbangannya dari Turki menuju Lebanon, Minggu lalu, Paus Leo menyampaikan pandangannya yang cukup tegas mengenai konflik yang tak kunjung reda di Timur Tengah. Bagi pemimpin umat Katolik sedunia itu, jalan keluar yang paling masuk akal adalah dengan mengakui kedaulatan negara Palestina. "Itu satu-satunya solusi," begitu kira-kira penegasannya.
Menurut sejumlah saksi yang ada di dalam pesawat, pernyataan itu disampaikan Paus dalam konferensi pers pertamanya selama di udara. Dia berbicara dalam bahasa Italia, dengan nada yang terdengar serius namun tetap penuh harapan.
"Kita semua tahu posisi Israel saat ini. Mereka belum bisa menerima solusi ini," ujar Paus.
"Meski begitu, kita harus tetap melihatnya sebagai tujuan akhir. Kami berteman dengan Israel, dan kami berusaha menjadi penengah yang adil bagi kedua belah pihak."
Kunjungan ke Turki dan Lebanon ini adalah perjalanan internasional pertamanya sejak terpilih memimpin Gereja Katolik bulan Mei lalu. Sebuah tanggung jawab besar untuk figur yang mewakili 1,4 miliar umat.
Di sisi lain, realitas di lapangan masih terasa berat. Sikap Israel, seperti yang kerap ditegaskan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, tampaknya belum bergeser. Netanyahu tetap menentang pembentukan negara Palestina, bahkan setelah sekutu terdekatnya, Amerika Serikat, mulai menunjukkan sinyal dukungan.
Jadi, meski dianggap sebagai satu-satunya solusi, jalan menuju pengakuan itu masih dipenuhi rintangan. Pernyataan Paus Leo di atas awan itu seperti sebuah harapan yang ditaburkan, meski tanah di bawahnya masih penuh batu.
Artikel Terkait
Subulussalam Terluka Parah: Kerugian Mencapai Rp 52,9 Miliar Pasca Banjir dan Longsor
Bahan Bakar Habis, Rumah Sakit di Bener Meriah Terancam Lumpuh
Delapan Hari Sebelum Bencana, BMKG Sudah Beri Sinyal Bahaya
Irjen Agus Suryonugroho Terima Sutami Award 2025 Atas Peran Kunci Pengamanan Infrastruktur